REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menggandeng PT Bukit Asam (Persero) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Riau. "Dayanya 2x600 megawatt (MW) dan 2x1000 MW," kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji, Selasa (5/2).
Ditegaskannya kedua BUMN sudah menandatangani joint development agreement. Meski enggan menuturkan berapa total porsi saham yang akan dimiliki PLN di proyek tersebut, Nur Pamudji menuturkan kontrak pembangunan PLTU pun sudah disiapkan.
Mulai dari kontrak pembangunan pembangkit, kontrak jual beli listrik dari pembangkit ke PLN, hingga kontrak PLN ke mulut tambang milik PT BA. "Tanda tangan kontrak harus tahun ini," ujarnya.
Selain untuk kebutuhan dalam negeri, produksi listrik PLTU ini sebesar 50 persen akan diekspor ke negeri jiran Malaysia. Pengiriman listrik akan menggunakan kabel bawah laut.
Nur menjamin ekspor tak akan menggangu pasokan listrik di wilayah Sumatra. Harga listrik juga tak akan disubsidi Pemerintah Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT BA Budi Laksono mengaku kedua perusahaan juga bekerja sama dengan perusahaan asal Malaysia, Tenaga Nasional Berhad (TNB). "Nilai investasinya sekitar Rp 15 triliun," katanya.
Ia mengatakan proyek PLTU Riau ini akan dimulai 2013 dan ditargetkan selesai pada 2016 atau 2017. Terkait kepemilikan saham, PLN dan TNB akan memiliki saham masing-masing 37,5 persen sedangkan PT BA akan memiliki saham 25 persen.
Di 2013, PLN bakal menggelontorkan dana investasi hingga Rp 64,9 triliun. Dana investasi itu naik 20 persen dibandingkan kebutuhan 2012 lalu yang mencapai Rp 50 triliun.
Kebutuhan dana investasi akan diperoleh dari internal PLN sebesar Rp 39 triliun dan pemerintah Rp 10 triliun. Sementara sisanya akan berasal dari pembiayan dari sejumlah perbankan nasional.
Dana ini digunakan untuk membangun sejumlah proyek pembangkit. Selain PLTU Riau, PLN juga akan membangun pembangkit di Medan (2x200 MW), Jambi (2x400 MW), dan di Sulawesi Selatan (2x600 MW).