REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Bantuan Amerika Serikat (AS) berupa kebutuhan pangan dan obat-obatan bagi oposisi Suriah dinilai tak akan banyak membantu. Khususnya, untuk perjuangan menggulingkan rezim Presiden Bashar al Assad.
Pemimpin militer oposisi Suriah, Jenderal Salim Idris mengatakan, saat ini yang lebih mereka perlukan adalah bantuan persenjataan. "Kami tidak ingin makanan dan perban. Kami akan berjuang hingga mati. Yang kami butuhkan saat ini adalah senjata," tegas Idris, seperti dikutip Associated Press, Sabtu (2/3).
Bantuan AS tersebut diumumkan Menteri Luar Negeri John Kerry saat pertemuannya dengan pemimpin koalisi oposisi Suriah Al Khatib yang berlangsung di Roma, Italia pada Kamis (28/2).
Menurut Idris, keengganan AS untuk membantu oposisi dari segi persenjataan justru akan membuat konflik Suriah berlarut-larut.
"Kami saat ini membutuhkan rudal anti-tank dan anti-pesawat untuk mencegah pasukan pemerintah membantai warganya sendiri. Dunia tahu warga Suriah sedang dibantai namun mereka diam saja," papar Idris.
Hingga saat ini, konflik Suriah sudah memasuki dua tahun. Dalam kurun waktu yang sangat lama itu, lebih dari 70 ribu warga Suriah tewas dan 250 ribu lainnya mengungsi.