Selasa 02 Apr 2013 22:07 WIB

Sektor Tambang 'Turun Kelas', Ditanggapi Dingin Perbankan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Tambang batu bara (ilustrasi)
Foto: Wikipedia
Tambang batu bara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pertambangan kini tengah menghadapi riak penurunan harga dan performa kurang bagus di pasar. Kondisi itu menyebabkan sektor yang biasanya menjadi primadona itu mendapat respon kurang bagus dari perbankan dan pasar saham.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanty mengatakan pasar sektor pertambangan masih belum pasti karena harga komoditas tambang, khususnya batu bara belum menunjukkan perbaikan signifikan. Situasi itu juga terkait pemulihan ekonomi global.

"India dan Cina padahal sudah menurunkan suku bunga, tapi dampaknya sekarang masih belum kelihatan, masih agak susah," ujar Destry kepada Republika di Jakarta, Selasa (2/4).

Sektor tambang dan komoditas menjadi sektor yang agak berisiko bagi perbankan. Apalagi masih ada ketidakjelasan aturan ekspor komoditas mineral.

Potensi NPL bank sektor pertambangan, kata Destry, berpotensi naik sebab pelaku-pelaku tambang di Indonesia didominasi pemain-pemain menengah ke bawah yang eksposur pinjaman ke banknya banyak.

Hal ini pula yang diduga menyebabkan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Bank Pembangunan Daerah (BPD) lebih tinggi dibandingkan lainnya. Khususnya BPD yang berada di wilayah proyek-proyek tambang. NPL BPD naik dari 3,5 persen akhir 2011 menjadi 4,3 persen akhir 2012.

Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury mengatakan perusahaan juga mengurangi porsi kredit korporasi tahun ini. "Kredit korporasi sengaja kami kurangi dari 18-19 persen 2012 lalu menjadi 16-18 persen tahun ini," katanya dijumpai di Jakarta, Selasa (2/4).

Salah satu alasan Bank Mandiri mengurangi porsi kredit korporasinya karena sektor komoditas dan pertambangan masih belum mengalami perbaikan signifikan.

 Perusahaan juga memperkirakan kredit valuta asing (valas) yang biasanya untuk pembiayaan ekspor juga diperkirakan di bawah realisasi tahun lalu yang bertumbuh 23,6 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement