Kamis 04 Apr 2013 10:44 WIB

Demi Waktu yang Terus Bergerak

Seorang pria shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta.   (ilustrasi)
Foto: Antara
Seorang pria shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Haji Damanik

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ( QS  Al ´Ashr (103; 1-3)

Karena waktu yang terus berlari. Manusia pada saatnya mengalami kerugian yang besar. Kerugian yang membuat malang. Kerugian yang akan dirasakan ketika semuanya telah berlalu.

Waktu itu tidak akan kembali. Ia selalu melangkah. Pada setiap langkah yang suci itu, tinggal kita maukah mengisi dengan jejak sejarah dan karya. Ataukah hanya berkhayal dan bermimpi dengan hari esok yang indah.

 Tapak kehidupan ini sesungguhnya kita sendiri-lah yang mengaturnya. Mendesignnya menjadi bidang-bidang yang kita inginkan. Bukan lagi pada takdir ataupun suratan nasib. Kita adalah kita yang terus berlari, berlomba bersama sang waktu.

Setiap dari kita mempunyai jatah waktu yang sama yakni 24 jam dalam sehari semalam. Namun, bila kita amati dengan seksama, waktu yang sama tersebut bisa jadi akan menghasilkan perbedaan yang tajam antar satu sama lain. Ada yang karena kejeniusannya memanfaatkan waktu, seseorang dapat memperoleh kekayaan yang berlipat, tetapi dalam kurun waktu yang sama, banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari bergulirnya sang waktu.

Tiba-tiba saja detik berganti jam, jam berganti bulan, bulan berganti tahun. Tiba-tiba terasa rambut sudah memutih, keriput di kulit sudah mulai tampak, tetapi kita terasa belum melakukan apa-apa dalam perjalanan panjang waktu.

Sebegitu berharganya waktu, sehingga sering kita temui orang menyesali perbuatan karena gagal menjadikan waktu sebagai pedoman hidup. Ia dilindas kecepatan waktu tanpa berbuat banyak bagi kehidupan dirinya sendiri ataupun orang lain. Waktu adalah kehidupan yang setiap detiknya tidak akan kembali.

Sekarang ataupun nanti, waktu adalah penguasa bagi kemutlakan yang kekuasaannya tanpa batas.  Sebab, apapun yang kita lakukan semuanya berhubungan dengan waktu. Kita tidak bisa menyuruhnya untuk memperlambat jalannya ataupun menghentikannya. Yang kita bisa adalah bagaimana mengisi waktu untuk mencapai apa yang menjadi keinginan-keinginan kita di masa depan.

Yang harus kita lakukan menggunakan waktu sebaik-baiknya secara efektif dan efisien untuk mengejar mimpi-mimpi, bukan sebaliknya bersantai-santai menikmati waktu luang. Jika tidak, kita akan terlindas oleh derap langkah sang waktu yang tidak mengenal kompromi pada siapapun. Karenanya, diri kita sendirilah yang mesti bertanggung jawab terhadap waktu kita, mau kita pergunakan untuk apa waktu yang milikinya.Tidak cukup menghargainya dengan berleha-leha, bermimpi akan datangnya keajaiban.

Sehingga tepat bila dikatakan, waktu sangat penting bagi orang yang sedang mengejar mimpi. Sampai-sampai bagi pebisnis menyebut waktu sama dengan uang. Setiap detik baginya adalah aliran uang yang masuk ke kantong sakunya.

Mengisi waktu dengan tujuan bermanfaat dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna adalah sebuah aktivitas yang sama ( Ali Imran 3 : 104).

Tinggal kita mau pilih yang mana ?

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement