REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komunitas Muslim di Amerika Serikat (AS) mendukung pemberian penghargaan World Statesman Award yang dianugerahkan oleh Appeal for Conscience Foundation (ACF) kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Imam di Islamic Center of New York Shamsi Ali mengatakan, anugerah tersebut adalah kebanggaan bagi Indonesia.
''Mari kita menilai pengharaan ini tidak diberikan kepada pribadi (Presiden SBY). Tapi menilai penghargaan ini diberikan kepada negara dan bangsa Indonesia,'' kata Shamsi melalui surat terbuka yang rilis, Ahad (19/5) atau Senin (20/5).
Kata dia, selama ini internasional hanya mengakui Indonesia sebagai negara dengan umat Muslim terbesar dengan segala kemelorotan toleransi dan 'kengerian' situasi. Internasional bahkan menuding Indonesia sebagai sekumpulan orang-orang yang tidak pernah akur dalam banyak hal. Jangankan untuk berbeda agama. Menurut Ali, sesama Muslim saja ternyata 'terekam' oleh internasional tidak bisa akur.
Namun, tudingan itu salah. Kata dia, pemberian penghargaan tersebut adalah faktual dan bukti konkret dari pergeseran stigma berbangsa dan beragama di Tanah Air. ''Kalaupun merasa tidak puas dengan Bapak SBY (secara pribadi), harusnya merasa bangga dengan penghargaan atau pengakuan dunia ini untuk negara dan bangsa (Indonesia),'' ujar Shamsi menambahkan.
SBY bakal ke New York 30 Mei. Kunjungan SBY kali ini adalah resmi untuk menerima penghargaan dari ACF. ACF adalah salah satu yayasan pemerhati kemajemukan bangsa-bangsa dan agama di satu negara. Yayasan tersebut didirikan oleh seorang Rabbi bernama Arthur Schneier pada 1965 silam. ACF berbasis di Amerika Serikat (AS). Penghargaan tersebut dikatakan imbas dari keberhasilan SBY merawat dan mengembang toleransi beragama di Tanah Air.
Namun ''kecaman'' datang dari dalam negeri. Salah satunya dari tokoh pluralisme Franz Magnis Suseno. Franz yang juga seorang Pastur Katolik dari ordo Jesuit ini melayangkan surat protes terbuka ke induk yayasan. Bagi Franz, SBY tidak pantas menerima penghargaan tersebut.