Kamis 23 May 2013 15:26 WIB

Jelang Ramadhan, Gita Ingin Harga Daging Rp 76 Ribu

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Minister of Trade Gita Wirjawan (file photo)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Minister of Trade Gita Wirjawan (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk memantau harga berbagai kebutuhan masyarakat, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Pasar Kosambi, Bandung, Kamis (23/5).

Dari hasil pantauan, berbagai harga bahan pokok,harganya relatif stabil seperti beras, cabai sampai kol Namun, harga daging sapi masih tetap tinggi yaitu sebesar Rp 95 ribu per kg. Oleh karena itu, Mendag berkomitmen untuk berupaya menurunkan harga daging sebelum Ramadhan. 

Dia pun berjanji akan berkordinasi dengan Menteri Pertanian Suswono untuk mencari solusi masalah daging ini. Menurutnya, amanah dari presiden untuk bisa menurunkan harga agar sama seperti tahun lalu. "Rata-rata, Rp 76 ribu per kg,’’ ujar Gita kepada wartawan.

Menurut Gita, pedagang daging sapi tentunya akan lebih senang kalau harga bisa turun menjadi Rp 75 sampai Rp 76 ribu. Pasalnya,  penjualan daging sapi saat ini berkurang akibat harganya mahal.

Pedagang sapi, biasanya bisa berjualan satu ekor perharinya. Namun, pembeli sepi karena harga terlampau mahal. Pedagang pun hanya mampu menjual  setengah ekor.

Kenaikan harga daging dari Rp 76 ribu ke Rp 95 ribu, kata Gita, karena kekurangan pasokan. Kalau pasokan dari dalam negeri berkurang, maka harus didatangkan dari tempat lain.

Daging yang didatangkan ke dalam negeri, bukan hanya dalam bentuk yang sudah dipotong saja. Tapi juga, dalam kondisi masih hidup atau bakalan. "Kalau kami bisa kerja sama dengan Menteri Pertanian harga akan turun dan memenuhi target agar stabilitas harga daging sapi bisa terkendali,’’ katanya. 

Kuota impor yang ditentukan sebelumnya, kata dia, sekitar 80 ribu ton tidak cukup. Harga saat ini, cerminan antara kebutuhan dan pasokan. Kalau harga bertengger di Rp 95 ribu, ini sangat tidak terjangkau masyarakat luas. Jadi, harus ada penambahan kuota kalau tidak harga tidak bisa turun. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement