Sabtu 15 Jun 2013 23:25 WIB

Tak Dapat Uang, Pemain PSMS Ikhlas Bawa Surat Perjanjian

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Mansyur Faqih
Suporter menyaksikan pameran foto ''Untukmu Kami Persembahkan PSMS-Ku
Foto: Antara/Septianda Perdana
Suporter menyaksikan pameran foto ''Untukmu Kami Persembahkan PSMS-Ku" pada Ahad (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pemain PSMS Medan Divisi Utama PT Liga Indonesia menyatakan tak mengharapkan hal yang muluk-muluk terkait tunggakan gaji selama 10 bulan yang belum dibayarkan manajemen klub. Minimal ada perjanjian hitam di atas putih, entah itu dengan manajemen klub, PSSI, atau pun PT Liga Indonesia terkait tenggat penyelesaian tunggakan gaji.   

Salah satu pemain PSMS, Alamsyah Nasution menyatakan, tak langsung masalah jika utang manajemen sebesar Rp 110 juta tak langsung dipenuhi. "Kalau pun tidak bawa duit, setidaknya kita bisa pulang dengan mengantongi itu (perjanjian hitam di atas putih)," ujarnya kepada Republika, Sabtu (15/6).

Sebanyak 11 pemain PSMS Medan sudah berada di Jakarta sejak Senin (10/6). Mereka sempat terlunta-lunta di Jakarta dengan bermalam di pelataran Monumen Nasional (Monas) dan Masjid Al-Bina, Senayan. Untungnya, mereka saat ini sudah ditampung di rumah salah satu pemain asal Medan di daerah Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Ironisnya, Ketua PSSI Djohar Arifin Husin mengaku tak bisa berbuat banyak ketika ditanyai mengenai nasib pemain PSMS Medan. Padahal, Djohar semasa mudanya pernah menjadi pemain PSMS era 1973-1976. Djohar hanya bisa berjanji untuk memediasi pemain PSMS dengan manajemen klub melalui bantuan PT LI.

Bahkan ia mengatakan PSMS sebaiknya mundur saja dari kompetisi apabila memang tidak mampu membiayai kehidupan klub. Termasuk membayar gaji pemain. "Kalau tidak mampu sebaiknya jangan memaksa, kasian pemain yang akhirnya jadi korban. Saya sangat prihatin dengan kondisi ini," kata Djohar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement