REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa dimaknai sebagai imsak alias menahan diri. Hakikat yang agung dari risalah puasa ialah menahan diri untuk tak berkata bohong, tak mengambil hak orang lain, dan berkata tidak untuk korupsi.
Karena itu, kata Rektor UIN Maulana Malik Ibarhim Malang, Prof Imam Suprayogo, tepat sekali puasa Ramadhan dinobatkan sebagai momentum me num buhkan sikap antikorupsi bagi semua pihak, termasuk para pejabat.
Puasa, ujarnya, dilakukan untuk membangun kesadaran dan meningkatkan kualitas diri. Ini tepat lantaran para koruptor tengah kehilangan kesadaran diri mereka. “Kesempatan Ramadhan ini jangan pernah disia-siakan, jadikan sebagai momentum bertobat, membangun ke sadaran, dan pengendalian diri,’’ katanya
Bila para koruptor memahami konteks Ramadhan, katanya, korupsi tak akan pernah dilakukan. Bagi orang-orang mulia, ujarnya, akan sekuat tenaga tidak makan, minum, tidak berhubungan suami istri pada siang hari.
Orang mulia sanggup menahan diri, merasa segala sesuatunya cukup, dan tidak berlebihan. Sebaliknya, para koruptor tidak kuat menahan diri sehingga ingin menambah terus harta yang bukan menjadi haknya.
Menurutnya, jika menyadari bahwa kebutuhan manusia itu dibatasi termasuk usia, tiap orang tak akan berperilaku serakah, dan ingin berlebihan.
Namun, diakui Imam, untuk mem bangun kesadaran diri setiap umat tidak lah mudah. Pasti ada godaan serta nafsu untuk mendapatkan sesuatu sebanyak-banyaknya.
Dia menjelaskan, memang tidak semua orang bisa lulus menjalankan puasanya. Tapi, katanya, jika perilaku korupsi tetap dilakukan, berarti puasanya ti dak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga. “Sayang kan momentum ini kalau disia-siakan,” katanya.
Untuk meraih kualitas diri yang lebih baik, Imam mengingatkan, agar selama Ramadhan tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi didukung dengan ibadah-ibadah lainnya. Banyaklah me lakukan kontemplasi diri, melakukan shalat malam, dan rajin membaca Alquran.
Menurutnya, sangat keterlaluan jika seseorang sudah meng optimalkan ibadah selama Ramadhan, tapi korupsi masih jalan terus. Berarti orang itu sudah keterlaluan tidak bisa membangun derajat dirinya. “Padahal, belum tentu tahun depan bertemu lagi dengan Ramadhan,’’ katanya.