REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pembocor data intelijen AS Edward Snowden masih terjebak di bandara Moskow yang Sabtu (6/7) ini sudah memasuki hari ke-14. Namun harapannya meninggi setelah akhirnya bisa meninggalkan Rusia menyusul tawaran resmi suaka dari Venezuela.
Cerita mengenai buronan yang mantan kontraktor Dewan Keamanan Nasional AS (NSA) itu mencapai titik balik baru Jumat lalu. Yaitu ketika Presiden Venezuela Nicolas Maduro menawarkan jaminan untuk suaka kemanusiaan bagi pemuda berusia 30 tahun itu.
Presiden Nikaragua Daniel Ortega sebelumnya sudah menyampaikan isyarat untuk menawarkan tempat penampungan kepada salah satu dari orang yang paling diburu Washington itu. Pekan lalu permohonan suaka Snowden telah ditolak 21 negara.
Sedangkan Wikileaks menyatakan Snowden belum lama ini mengajukan permohonan suaka kepada enam negara yang tak disebutkan laman antikerahasiaan ini. Namun belum jelas benar bagaimana Snowden bisa mencapai negara lain dari zona transit bandara internasional Sheremetyevo di Rusia.
Karena paspornya telah dicabut oleh pemerintah AS. Sedangkan surat keterangan pengungsi yang diyakini diperolehnya dari Ekuador sepertinya sudah tidak valid lagi. Snowden hanya bisa terbang dari Sheremetyevo, bukan bandara lainnya di Moskow. Ini lantaran dia tidak dapat melewati kontrol paspor Rusia.
Para analis menyatakan Moskow menjadi kelimpungan karena tiba-tiba harus terlibat krisis diplomatik dengan Washington yang tak pernah direncanakan. Sehingga mungkin akan lebih baik bagi Rusia untuk menghindarinya.