REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika kita melakukan Ibadah Shalat di Masjid Istiqlal maka ada orang-orang yang akan mengatur shaf shalat kita. Mereka adalah Pemandu Shaf Shalat. Pemandu seperti ini hanya bisa kita temui di Masjid Istiqlal.
Pemilik ide untuk membuat petugas pemandu shaf shalat ini adalah Mubarok, Ketua BPP Masjid Istiqlal. Pemandu shaf shalat sudah mucul sejak Mubarok memimpin Masjid Istiqlal pada tahun 2001.
“Secara simbol 2001. Apa yang dirasa diperlukan di lapangan, kita diadakan” ujar Mubarok saat ditemui RoL, Jakarta, Rabu (10/7). Mubarok menuturkan, kerapihan shaf saat sholat berjamaah memang disyariatkan dan diajarkan oleh Muhammad SAW.
“Kita masih lebih banyak yang lupa tentang kelurusan dan kerapatan shaf adalah bagian kesempuraan shalat, maka perlu ada petugas yang mengingatkan dan mengajak menyempurnakan shalat” ujar Mubarok.
Mubarok juga menjelaskan, imam sudah mengingatkan luruskan dan rapatkan barisan shaf. Tetapi ia berpendapat harus dibarengi oleh petugas di lapangan. Sehingga, bisa mengingatkan untuk menyempurnakan shafnya.
Pemandu shaf shalat hadir di tengah-tengah jemaah dengan seragam yang didominasi berwarna hijau dan hanya kemeja yang berwana putih. Jasnya yang bergaya pakistan dengan bawahan celana panjang.
Dasi yang menghiasi lehernya ditambah dengan selempang bertuliskan ‘Pemandu Shaf Shalat’. Wibawanya bertambah saat mereka menggunakan topi perwira. Para pemandu juga dipersenjatai megaphone untuk mengatur jemaah.
Saat ditanya filosofi dari seragam tersebut, Mubarok menjawab, seragam itu hanya agar mudah dikenal saja ditengah-tengah pakaian yang beragam dan sebagai kebanggaan diri terhadap suatu pekerjaan.
Para pemandu harus sudah siap sebelum shalat dimulai. Mereka membangunkan jemaah yang tertidur dan mengajak jemaah yang masih di luar
Rudiyono adalah satu dari petugas pemandu shaf shalat. Ia kerap terlihat saat Shalat Zuhur dan Shalat Isya hingga Tarawih. Rudiyono bertugas menjadi pemandu ini sejak 2008. Sebelumnya, ia ditempatkan di petugas penitipan barang.
“Saya ajak semua untuk mengisi shaf terdepan untuk kesempurnaan shalat berjamaah” ujar Rudiyono. Dia menjelaskan, Masjid Istiqlal ini besar dan jumlah jemaahnya banyak. Jika jemaah-jemaah tersebut tidak diatur maka mereka akan berbaris di shaf semaunya.
Tidak ada pekerjaan yang tidak memiliki kendala. Begitu juga dengan petugas pemandu shaf shalat ini. Mereka harus menghadapi berbagai jenis karakter manusia. “Intinya kita harus sabar karena kalo kata peribahasa rambut podo irenge ati bedo bedo,’” ungkap Rudiyono kepada RoL, di Jakarta, Rabu (10/7).
Rudiyono membagi karakter jemaah menjadi 3, yaitu mudah diatur, tanpa diatur sudah sadar, dan sulit diatur. Ia kerap kali jengkel terhadap jemaah yang tidak bisa diatur. “Saya suka jengkel kalau saya sudah teriak tapi ada aja jemaah yang masih ngobrol” ungkapnya.
Saat Shalat Ied, jemaah yang akan datang ke Masjid Istiqlal akan membludak. Mulai lantai utama, pelataran masjid hingga taman akan dipenuhi oleh jemaah. “Kami tetap bertugas tapi kami hanya mengatur di tempat-tempat yang bisa kami jangkau” Ungkapnya.
Para pemandu juga ikut mengatur tata duduk saat Shalat Ied. Mereka akan bekerja sama dengan Staf Kepresidenan RI. Barisan pertama hanya untuk Presiden RI beserta jajaran menterinya. Sedangkan barisan kedua untuk pejabat-pejabat eselon 2, dan pejabat selanjutnya yang lebih rendah secara berurutan.