REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Biro Humas Sekretariat Jenderal MPR RI bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia menggelar diskusi dan bicara buku 'Islam dan Air: Konservasi air dalam Islam', Jumat ( 3/7 ). Buku tersebut mengisahkan tentang perjuangan Siti Hajar istri Nabi Ibrahim as, mendapatkan air untuk melepaskan dahaga anaknya Ismail yang menangis kehausan.
Siti Hajar sebagai seorang ibu berusaha mencari air untuk anaknya. Mulailah Siti Hajar berlari kecil melalui bukit safa dan marwa. Perjuangan dan doa Siti Hajar di dengar Allah SWT. Maka atas kekuasaan Allah, munculah air zam zam yang tidak pernah kering hingga hari ini. Dari sini pembaca akan dibawa betapa pentingnya elemen air untuk kehidupan. Dalam konteks kekinian, sumber daya air adalah elemen utama kehidupan yang sayangnya tidak dikelola dengan baik.
Potensi kerusakan sumber daya alam sangat mungkin terjadi dan sayangnya kini tidak ada lagi mukjizat seperti Siti Hajar. Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid yang dalam kesempatan tersebut didaulat membuka bicara buku mengatakan air sangat berhubunga dengan prinsip dasar Islam. Hal ini juga tercantum dalam Alquran karena segala sesuatu yang diciptakan Allah selalu ada unsur air.
"Dalam konteks Indonesia elemen air juga sangat penting. Indonesia disebut sebagai tanah air. Wilayah Indonesia tidak hanya tanah tapi wilayah air memperluas wilayah Indonesia. Konstitusi negara juga sangat memperhatikan air dalam kehidupan," ujarnya.
Buku tersebut, lanjut Hidayat, memunculkan kecerdasan intelektual dan kecerasan religius pembaca dan itu sangat baik. Menurutnya, buku-buku semacam ini layak digaungkan agar manusia bisa lebih bijaksana menggunakan sumber daya air. Buku ini menggugah pembaca untuk lebih memperhatikan kelestarian alam karena dalam Islam soal pelestarian alam juga sangat diperhatikan.