REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasionalisme sangat penting dalam pembangunan bangsa, terutama demi terlaksananya program transmigrasi pemerintah. Wakil ketua MPR RI Oesman Sapta menilai jika program transmigrasi digencarkan tanpa penanaman nasionalisme, maka yang muncul adalah konflik-konflik di berbagai daerah.
''Karena itu, mari kita kembali pada nasionalisme. Bagaimana membangun bangsa tapi tidak ada nasionalisme?,'' kata Oesman saat menjadi pembicara kunci dalam seminar 'Peran Transmigrasi Dalam mendukung Kemandirian Pangan Serta Reforma Agraria' di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (24/8).
Oleh karena itu, dalam melancarkan program transmigrasi, semua menteri terkait harus bekerja sama. Termasuk kepala daerah di wilayah masing -masing. Sebab, membangun pertanian dan infrastruktur harus lewat masyarakat yang dipimpin oleh kepala daerah.
Pria yang akrab disapa Oso itu mengatakan memudarnya rasa nasionalisme akan membahayakan NKRI. Salah satu memudarnya nasionalisme misalnya pemikiran bahwa tanah Sumatera hanya boleh dikelola oleh masyarakat Sumatera, tanah Kalimantan hanya boleh diurus oleh warga Kalimantan, begitu juga Papua maupun Jawa.
''Kalau pemikiran itu dimiliki oleh para elit politik, maka mereka berusaha mewujudkannya melalui peraturan,'' tuturnya.
Jika ada pemikiran seperti itu, lanjut Oso, mereka lupa bahwa kekayaaan sumberdaya alam diciptakan untuk seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang suku, ras dan agama. Memudarnya nasionalisme pada gilirannya membuat rakyat menolak program transmigrasi yang sesungguhnya. Hal itu bisa diperparah jika ego sektoral kementrian atau lembaga lebih ditonjolkan.
''Kalau nasionalisme tidak ada, maka pembangunan akan berpihak pada asing, kelompok -kelompok kecil orang akan menguasai ekonomi,'' ujar dia.