REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menghadiri dan menjadi pembicara utama Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kerja sama MPR RI dengan Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), di aula utama kompleks Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Jumat ( 20/11 ).
Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Persis Prof. Abdurochman, serta elite ormas Persis baik pusat dan daerah dan dihadiri sekitar 300 peserta anggota Persis dari berbagai wilayah Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut Zulkifli menyampaikan soal materi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia mengingatkan peserta tentang betapa hebatnya tokoh-tokoh pendiri bangsa yang sebagian adalah tokoh Islam.
"Dari merekalah kita memperoleh keteladanan. Para pendiri bangsa kita tidak ada rasa ego sektoral, mereka hanya memikirkan soal bangsa dan kesatuan bangsa. Tidak ada kegaduhan dan tidak ada konflik antar mereka hingga lahirlah Pancasila sebagai dasar negara perekat bangsa," katanya.
Dalam konteks kekinian sangat berbeda. Sekarang, menurut Zulkifli, bangsa ini penuh sekali dengan kegaduhan banyak sekali keributan yang sangat merugikan bangsa. Bahkan kegaduhan tersebut berputar terus di lingkaran kekuasaan. "Itu sangat disayangkan," ujarnya.
Banyak sekali kegaduhan di negara ini terutama di tingkat elite. Bagusnya, Presiden Jokowi sangat sabar dalam menghadapi semua kegaduhan-kegaduhan yang terus saja terjadi. Kegaduhan-kegaduhan tersebut harus berhenti segera.
Saatnya kita melihat kembali dan meneladani para tokoh-tokoh bangsa pendiri bangsa Indonesia. Seharusnya, lanjut dia, semua anak bangsa menyadari negara ini dibentuk karena perbedaan.
"Karena perbedaan bangsa ini membentuk sebuah harmonisasi yang indah. Contoh, dalam satu orkestra, semua alat musik berbeda. Ada biola, harpa, bass dan lain lain, suaranya berbeda-beda, tapi mampu menghasilkan irama yang harmonis dan sangat merdu didengar," jelas dia.
Untuk itulah, lanjut Zulkifli, anak bangsa harus memahami betul Pancasila. Pancasila adalah kasih sayang, kata kerjanya adalah kekeluargaan, musyawarah dan mufakat serta gotong royong.
Seluruh anak bangsa harus bahu membahu saling gotong royong ikut berkiprah dan menyelesaikan permasalahan bangsa, minimal dari diri kita, dan masyarakat sekitar. "Para elite kekuasaan juga jangan sibuk sendiri, gaduh sendiri kasihan rakyat," ujarnya.