REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta menilai Indonesia saat ini masih terjajah ekonomi asing. Ia mencontohkan salah satunya adalah bagaimana PT. Freeport Indonesia, yang merupakan milik Amerika Serikat, bisa leluasa menguasai tambang emas di Papua tersebut.
''Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak dijajah dalam sektor ekonomi,'' kata pria yang akrab disapa Oso tersebut, saat menerima Dewan Pengurus Pusat (DPP) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di ruang kerjanya Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (8/12).
(Baca: Freeport Dianggap tak Pernah Patuhi Undang-Undang)
Ia melanjutkan, karena itu pemerintah Indonesia seharusnya tidak mengizinkan perusahaan tambang milik asing, mengekspor Row Material atau bahan mentah. Sebab, kata Oso, kalau perusahaan tersebut mengekspor bahan mentah, rakyat Indonesia hanya dijadikan budak.
''Tapi kalau (yang diekspor) finish produk atau produk jadi, kita bisa untung lebih besar,'' ujarnya.
Ketua umum DPP KAMMI Kartika Nur Rahman mengatakan, pemerintah Indonesia harus tegas dalam proses divestasi Freeport. Posisi pemerintah harus jelas maunya seperti apa. ''Kami bukan anti investasi tapi pengelolaan produksi dan ekspor hasil tambang harus jelas," ucapnya.
Oso dalam kesempatan tersebut juga ingin agar gerakan dan organisasi mahasiswa bersatu dan akan melaksanakan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar.
(Baca: Pengamat: Pemerintah Takut Hentikan Kontrak Freeport)