REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyatakan, persaingan di bursa tenaga kerja dan pasar perekonomian akan semakin meningkat menjelang pemberlakukan pasar bebas Asean pada akhir 2015 nanti.
MEA adalah sebuah kondisi perekonomian pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara yang akan berlaku akhir 2015 mendatang.
Rencana pemberlakuan MEA ini sudah disepakati para pemimpin Asean lebih dari satu dekade lalu. Sejak disetujunya rencana MEA diterapkan, persiapan yang dilakukan negara-negara Asean berbeda-beda.
Menurut Hidayat, ada negara yang mempersiapkan biasa-biasa saja, tapi ada juga yang sangat serius mempersiapkan diri seperti Thailand. Negara ini sejak lima tahun lalu serius mempersiapkan warganya menghadapi MEA antara lain, dengan semakin meningkatnya kursus-kursus dan pendidikan bahasa asing termasuk bahasa Indonesia.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, Hidayat mengaku agak khawatir dengan diberlakukannya MEA. Sebab, yang akan menghadapi MEA adalah generasi muda, sementara persaingan ekonomi dan tenaga kerja akan sangat keras.
''Saya rasa generasi muda bangsa harus betul-betul mempersiapkan diri. Jangan sampai menjadi penonton saja di negara sendiri, sebab lapangan perekonomian habis di duduki pekerja asing,'' kata Hidayat, kepada wartawan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (28/12).
Ia mencontohkan, beberapa negara di Asean bahkan sudah serius belajar bahasa Indonesia, mereka tahu apa yang akan mereka hadapi nanti.
Namun di sisi lain, Hidayat tidak melihat kiprah pemerintah dalam menghadapi MEA yang hanya berhitung hari, dengan melakukan upaya-upaya mengambil manfaat besar dari pemberlakukan MEA.
"Saya khawatir saja Indonesia malah hanya dilihat menjadi pasar potensial bagi pemasaran produk-produk asing dan penempatan tenaga kerja asing. Padahal Indonesia adalah negara besar dan kaya, mudah-mudahan ini akan menajdi renungan dan aksi riil semua pihak terutama pemerintah," ucapnya.