REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Mahyudin berharap generasi muda dapat lebih memahami ideologi negara. Mahyudin juga membeberkan pentingnya empat pilar untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut dia, adanya pemahaman ideologi yang kuat yang dimiliki generasi bangsa membuat bangsa Indonesia tidak mudah disusupi negara lain.
Dia mengatakan tantangan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia saat ini lebih sulit dibanding pada masa penjajahan. Dulu, kata Mahyudin, bangsa Indonesia memiliki musuh yang jelas yaitu para penjajah, tapi sekarang bangsa sendiri bisa menjadi musuh yang mengancam keutuhan NKRI.
"Untuk menjadi bangsa yang kuat kita harus memiliki ideologi yang sama. Tidak dibenarkan ideologi radikalisme teroris berkembang di tanah air ini," kata Mahyudin saat melakukan sosialisasi empat pilar di Universitas Swadaya Gunung Jati(Unswagati), Kota Cirebon, Rabu (31/8).
Sebelumnya, Mahyudin juga berkunjung ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Cirebon. Pada kunjungannya tersebut Mahyudin mengatakan pemahaman empat pilar dapat dijadikan sebagai senjata untuk menyingkirkan paham keliru mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama bagi para pelajar yang masih duduk dibangku sekolah. Sehingga para penerus bisa memiliki tanggung jawab yang sama untuk Indonesia.
"Sangat mungkin Indonesia akan memiliki nasib yang sama dengan negara-negara konflik apabila generasi mudanya tidak paham dengan empat pilar ini," kata dia.
Mahyudin menambahkan, tidak hanya kalangan pelajar dan mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sosialisasi, namun juga di kalangan pengajar. Hal itu dilakukan dalam upaya mengembalikan ingatan tentang nilai-nilai Empat Pilar MPR, termasuk didalamnya adalah Pancasila. Sebelumnya empat pilar dikenal dengan istilah Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Selain untuk lebih memahami ideologi bangsa, sosialisasi juga diharapkan dapat memperbarui pengetahuan masyarakat tentang UUD 1945 yang telah mengalami amandemen.
Kemudian dengan adanya program MPR ini menjadi solusi permasalahan toleransi yang terjadi akhir-akhir ini, diantaranya percobaan bom bunuh diri di rumah ibadah. Peristiwa itu menjadi contoh lemahnya pemahaman tentang ideologi bangsa. Sehingga paham radikalisme bisa tumbuh dan diterima dikalangan tertentu. Mahyudin menganggap paham radikalisme dan terorisme tidak sesuai dengan Pancasila.