REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi PKB MPR RI Abdul Kadir Karding menilai keberadaan Pancasila semakin jauh dari praktik kehidupan sehari hari. Buktinya, semakin hari semakin banyak ditemukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Pancasila, seperti korupsi kenakalan remaja, minimnya kesopanan dalam pergaulan, hingga praktek main hakim sendiri.
Peristiwa seperti ini semakin kentara terjadi sejak reformasi, karena bangsa Indonesia memang tidak tepat dalam menterjemahkan pancasila. "Pancasila bahkan dihilangkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk dalam kurikulum pelajaran sekolah," kata Karding, dalam sebuah diskusi, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/10.
Diskusi tersebut membahas tema 'Implementasi Nilai-Nilai Pancasila, dalam rangka Hari Kesaktian Pancasila'.
Hilangnya Pancasila, termasuk dari kurikulum mata pelajaran, membuat kehidupan bangsa Indonesia menjadi kering dari nilai-nilai Pancasila. Yang lebih memprihatinkan, lanjut dia, keringnya kehidupan berpancasila itu dipraktekkan oleh para pemimpin negara, pemuka agama dan pemimpin sosial.
"Banyak orang yang menjadikan agama menjadi kedok bagi kejahatan yang dilakukan. Demikian juga para pemimpin negara dan pemimpin sosial,'' ucapnya.
Karena itu, menurut Karding, sudah waktunya Pancasila kembali menjadi materi pelajaran dalam kurikulum pelajaran. Sementara Pakar Politik Yudi Latif menganggap, sebagai Filsafat negara, Pancasila merupakan sistem nilai yang sangat baik. Rasional, sistematilk dan bersifat universal. Sayangnya nilai-nilai yang baik itu tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Saat ini Pancasila sekedar menjadi pendirian hidup yang ada di dalam pengetahuan akademik tapi tidak direalisasikan. Kita telah gagal menjadikan Pancasila sebagai pendirian hidup," ujarnya.