REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA -- Ketika menyampaikan pidato dan sekaligus membuka Sosialisasi Empat Pilar di Gedung KONI Provinsi Kalimantan Tengah, Kamis (27/4), Wakil Ketua MPR Mahyudin bertanya kepada para peserta tentang wacana pemindahan ibu kota ke Palangkaraya. "Apakah kalian setuju?" kata politikus asal Kalimantan Timur ini.
Ternyata di luar dugaan, dari 400 mahasiswa yang terdiri dari para mahasiswa Universitas Muhammadiyah dan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kalimantan Tengah yang menjadi peserta sosialiasi itu tak satu pun terdengar jawaban setuju. Suara yang terdengar justru lebih banyak tidak setuju. Dan, ketika pertanyaan sama diulang sekali lagi oleh Mahyudin, para mahasiswa tetap menjawab, "tidak setuju."
Mendengar jawaban itu, Mahyudin menyatakan, yang dipikirkan dipikirkan dari rencana itu dari segi negatifnya. Ada yang bilang, macet akan pindah ke Palangkaraya. Seharusnya, menurut Mahyudin, yang dipikirkan dari segi positifnya.
"Pemindahan ibu kota negara ke Palangkaraya akan terjadi percepatan pembangunan di Indonesia bagian Timur. Mahyudin memberi contoh Brasil, yang memindahkan ibu kotanya dari Sau Paulo di selatan ke Brasilia di utara, yang membuat wilayah utara negara Brasil itu menjadi berkembang.
Oleh karena itu, politikus Partai Golkar ini berpendapat, kalau pemindahan ibukota negara ke Palangkaraya, akan sangat strategis. Dan, juga merupakan kehormatan bagi Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah. "Tapi masyarakat di sini tampak kurang antusias menanggapi rencana itu. Saya tidak tahu apakah sosialisasinya memang kurang," sebut Mahyudin.
Padahal, keutungan kalau Kalimantan Tengah diJadikan ibukota negara, selain merupakan sebuah kehormatan, pertumbuhan ekonomi di wilayah ini akan lebih baik. Juga, kalau Palangkaraya jadi ibu kota negara, otomatis nilai tanah di sini bisa meningkat sampai 20 kali lipat. "Tapi, mungkin juga dampak sosialnya cukup besar, tapi tujuan kita adalah memindahkan ibu kota negara dengan perencanaan yang matang dan baik," katanya.
Mahyudin menyatakan, secara pribadi, dia sangat mendukung kalau ibu kota negara dipindahkan ke Kalimantan," kata Mahyudin. Kalau ibu kota negara berapa di wilayah tengah Indonesia maka bisa mendorong percepatan pembangunan wilayah timur Indonesia yang selama ini relatif agak tertinggal dibanding wilayah Barat.