REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film berjudul 'Kau Adalah Aku yang Lain' menambah polemik baru di masyarakat khususnya sebagian umat Islam. Film yang memenangkan Festival Film Polisi 2017 ini, dianggap menambah pesan adanya disharmoni antara instansi kepolisian dengan beberapa kalangan umat Islam.
Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid sangat menyayangkan film tersebut bisa memenangkan Festival Film Polisi 2017. Film yang kemudian ditayangkan sehari sebelum Idul Fitri pada melalui media sosial Divisi Humas Polri ini kemudian menjadi polemik baru.
"Alih-alih ingin menghadirkan kebhinnekaan, justru film ini kembali bisa memecah persatuan bangsa," kata Hidayat ketika dihubungi wartawan, Kamis (29/6).
Karena itu ia sangat menyesalkan kemenangan dan penayanangan film ini. Apalagi ketika film ini dimunculkan di hari puasa Ramadhan, menjelang Idul Fitri.
Padahal saat itu ummat Islam berada dalam puncak toleransi diri dan sosialnya, dengan segala aktivitas ibadahnya. Dan di saat itu pula umat Islam pulang kampung mengintegrasikan dirinya bersama keluarga di kampung halaman. Tapi film sepert ini justru dimunculkan dan akhirnya memunculkan sikap kontraproduktif di masyarakat.
Karena faktanya pesan yang ditangkap umat Islam dari film bukan pesan toleransi yang diterima. Tapi justru memojokkan umat Islam. Mencitraburukkan umat Islam dan justru membuat umat Islam menjadi tidak mudah diterima oleh warga yang lain, seolah umat Islam intoleran.
Sangat disayangkan, karena selama jelang Idul Fitri Polsi sudah sangat baik bekerja di lapangan menjaga keamanan masyarakat khususnya umat Islam. Baik ketika mudik dan menjaga lalu lintas bahkan sampai harus lembur.
"Maka disayangkan bila apa yang dilakukan polisi di lapangan, hanya dengan film ini menjadi kontraproduktif dari apresiasi masyarakat, khususnya umat Islam," ujarnya.
Ia meminta pejabat kepolisian harusnya paham suasana kebatinan umat Islam saat ini. Jangan sampai hanya karena film seperti ini justru mengurangi apresiasi atas jerih payah polisi di lapangan yang sudah mati-matian membuat harmoni dengan masyarakat.
Karena itu Hidayat menilai, sikap yang paling baik dari polisi, bukan hanya menarik penayangan film ini, tapi juga perlu meninjau ulang pembuat film ini sebagai pemenang. Kemudian harus diusut siapa yang sebenarnya mempromosikan film ini di media sosial oleh humas Polri.