REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid melakukan sosialisasi empat pilar MPR di Tasikmalaya. Dalam kesempatan itu, Hidayat menyampaikan agar masyarakat Indonesia dapat merawat kebhinekaan yang telah dibangun tanpa meninggalkan karakter masing-masing.
Menurut dia, tantangan para pemuda sekarang sangat komplek. "Untuk itu diharapkan dalam menjaga kebhinnekaan ini menggunakan cara-cara yang pernah di lakukan oleh para para founding fathers dan mothers yakni, Pancasila, ujar Hidayat melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Kamis (12/10).
Hidayat menjelaskan bahwa agama Islam tidak pernah mendikotomikan antara urusan dunia dan akhirat. Bahkan para ulama terdahulu mempelajari agama juga untuk mengurus kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
Dulu, masih kata Hidayat, Pancasila itu disepakati oleh tim sembilan yang terdiri dari empat anggota, Abikusno Tjokrosuyoso, Wachid Hasyim, Kahar Muzakir, dan Agus Salim. Yang mana pada awalnya sila pertama berbunyi, Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Namun kemudian harus direvisi karena masyarakat Indonesia yang beragama non-Muslim keberatan dengan Sila pertama itu. Hingga kemudian bunyi sila pertama Pancasila berganti menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
"Tokoh-tokoh Islam mengakomodasi keberatan itu, dan sila pertama Pancasila yang disepakati selanjutnya akhirnya diterima semua kelompok," ujar dia.
Dalam Sila pertama Pancasila, terang Hidayat, menunjukkan dasar negara menyatakan adanya relasi, hubungan, antara negara dan agama. Karena, para pendiri bangsa saat itu telah memikirkan bahwa Indonesia bukan sebatas negara yang merdeka namun juga dapat terus berjalan dengan segala keberagamannya.
"Kita memiliki Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika untuk merawat kebhinnekaan tanpa meninggalkan karakter," ungkapnya di hadapan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.