Sunday, 22 Jumadil Awwal 1446 / 24 November 2024

Sunday, 22 Jumadil Awwal 1446 / 24 November 2024

MPR: Sambil Nonton Wayang, Mari Amalkan Pancasila

Senin 08 Oct 2018 10:41 WIB

Red: Gita Amanda

MPR menggelar pertunjukan wayang kulit di Lapangan Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Ahad (7/10)

MPR menggelar pertunjukan wayang kulit di Lapangan Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Ahad (7/10)

Foto: MPR
Selain Sosialisasi Empat Pilar pertunjukan wayang digelar sebagai apresiasi budaya.

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- ‘Bawor Dadi Ratu’ lakon wayang kulit yang digelar di Lapangan Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Ahad (7/10). Lakon ini biasa dibawakan dalam pertunjukan wayang kulit  bagi masyarakat Banyumas yang berkisah Bagong dalam sebuah masa menjadi raja.

Bisa jadi ceritanya mirip ‘Petruk Dadi Ratu’ yang sangat popular. Pertunjukan wayang kulit malam itu terselenggara berkat kerja sama MPR dengan pemerintah kabupaten setempat.

Disampaikan oleh Wakil Ketua Badan Sosialisasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Zainut Tauhid Sa’adi, MPR menggelar wayang kulit untuk mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Ini merupakan salah satu metode sosialisasi”, ujar anggota Fraksi PPP di MPR itu seperti dalam siara  persnya.

photo
MPR menggelar pertunjukan wayang kulit di Lapangan Desa Wanatirta, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Ahad (7/10)

Sebagai seni budaya yang popular bagi masyarakat Jawa, Zainut Tauhid menyebut penyampaian Empat Pilar lewat pertunjukan wayang kulit juga digelar di banyak daerah. Meski demikian sosialisasi lewat seni budaya yang lain juga dilakukan.

“Disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat. Sehingga pementasan seni budaya yang dilakukan oleh MPR beragam seperti Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.

Paling penting, pentas seni budaya apapun bentuk dan asalnya, tak sekadar menjadi tontotan namun juga harus bisa menjadi tuntunan. Selanjutnya diaktualisasikan dalam kehidupan keseharian.

Di hadapan warga desa, Zainut Tauhid mengatakan Indonesia adalah bangsa yang besar. Untuk itu kebesaran bangsa ini harus dirawat dan dijaga.

“Kalau bukan kita siapa lagi”, tuturnya.

Salah satu kiat untuk menjaga Indonesia, menurut pria kelahiran Jepara Jawa Tengah itu adalah dengan mengingat dan mengamalkan Pancasila. Dari sinilah maka MPR melakukan sosialisasi hingga wilayah desa.

“Sambil nonton wayang kulit, mari kita laksanakan nilai-nilai Pancasila”, tegasnya. Sebagai tanda resmi sosialisasi dan pagelaran wayang kulit dimulai, Zainut Tauhid dalam kesempatan itu menyerahkan sosok lakon kepada dalang Ki Gandhik Wayah Soegino.

Kepala Biro Keuangan Sekretariat Jenderal MPR, Maifrizal, dalam sambutan mengatakan MPR sudah menyelenggarakan pagelaran wayang kulit sejak tahun 2005. Selain untuk Sosialisasi Empat Pilar juga untuk memberi apresiasi dan ikut melestarikan seni budaya daerah.

Dengan pagelaran seni budaya menurut pria yang biasa dipanggil Datuk ini MPR telah melakukan dua hal, Sosialisasi Empat Pilar dan mendukung pelestarian seni budaya nusantara. “MPR ikut melestarikan dan menjaga budaya leluhur," paparnya.

Sosialisasi dan pertunjukan wayang kulit itu tak hanya menarik ribuan orang namun juga mengundang ratusan pedagang datang ke lapangan desa. Sehingga malam itu suasana di Wanatirta menjadi pusat keramaian yang meriah.

Menurut Kepada Desa Wanatirta, Maskur Ahmad Sunu, daya tarik pertuntukan wayang itu juga dikarenakan sang dalang. Ki Gandhik Wayah Seogino disebut dalang yang popular.

“Pedagang mengikuti ke mana pun dalam pentas”, ujarnya. Dijelaskan, di mana pun dalang kesayangan mereka pentas, para pedagang menggelar usahanya sebab pasti penontonnya membludag.

Dalam kesempatan itu, jajaran eksekutif dan legislatif di Brebes seperti anggota DPRD, kepala dinas, Muspika Kecamatan Pagayungan, juga turut hadir dan menyaksikan.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler