REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin mengakui revolusi mental belum berjalan dengan maksimal. Ini bisa dilihat dari mental masyarakat yang mudah diadu-domba, meluasnya ujaran kebencian serta hoaks.
"Mental-mental itu harus diubah dengan mental produktif," kata Mahyudin dalam pengantar Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada warga kelurahan Muara Rapak, kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (3/12). Sosialisasi ini merupakan kerja sama MPR dengan Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPLB) kota Balikpapan.
Mahyudin mengingatkan sasaran revolusi mental adalah perubahan menjadi mental-mental produktif, bukan mental malas, mudah diadu-domba, menyebar hoaks dan ujaran kebencian. Salah satu kekhawatiran Mahyudin adalah mental generasi muda yang mudah dirusak dengan narkoba. Untuk merusak sebuah bangsa, kata Mahyudin, tidak perlu dengan serangan militer.
"Cukup dengan cara merusak generasi muda. Kalau generasi muda rusak, hancurnya sebuah bangsa hanya menunggu waktu," ujarnya seperti dalam siaran pers.
Mahyudin dalam pengantar Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada warga kelurahan Muara Rapak, kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (3/12).
Bukan hanya dengan narkoba, mental generasi muda juga dirusak dengan budaya asing melalui teknologi semisal game online. Content game online yang berisi kekerasan bahkan pornografi tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa.
"Itulah perang asimetris atau proxy war. Perang yang diwakili. Perang modern ini bukan hanya perang dengan senjata, termasuk perang ideologi, perang dagang. Semua ingin dirusak oleh bangsa asing," jelasnya.
Untuk itu, lanjut Mahyudin, MPR turun ke bawah sampai ke kelurahan mensosialisasikan Empat Pilar MPR. Empat Pilar MPR inilah yang menjadi alat pemersatu bangsa untuk membentengi dari proxy war.