Thursday, 17 Jumadil Akhir 1446 / 19 December 2024

Thursday, 17 Jumadil Akhir 1446 / 19 December 2024

Fraksi PDIP MPR Beri 6 Penilaian Capaian Kinerja Pemerintah

Ahad 30 Dec 2018 21:48 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Ahmad Basarah.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Ahmad Basarah.

Foto: MPR
Kinerja pemerintah dinilai sudah cukup baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan  Fraksi  PDI  Perjuangan  MPR  RI Ahmad Basarah memberikan catatan keitannya soal kenegaraan di tahun 2018. Menurut dia, dalam bidang ideologi negara,  kinerja pemerintah melalui  perangkatnya  untuk  terus membumikan  Pancasila secara  terstruktur  dan sistematis  terlihat  semakin terukur dengan  telah dibentuknya  Badan  Pembinaan  Ideologi  Pancasila (BPIP). 

"Dengan  demikian  saat  ini  kita  telah  memiliki dua  lembaga negara yang  bertanggung  jawab melaksanakan  sosialisasi  dan  pembinaan  ideologi Pancasila,  yaitu  Badan  Sosialisasi  4  Pilar  MPR RI  dan  BPIP," ujar dia.

Perkembangan  menggembirakan lainnya  adalah  akan  dimasukannya  kembali  mata pelajaran  Pancasila  sebagai  mata  pelajaran  wajib dalam  kurikulum  pendidikan  tingkat  dasar  hingga menengah  atas, setelah  dihapuskan melalui UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor  20  tahun  2003.

"Kemajuan  pembangunan  nasional di  bidang ideologi  ini  harus  kita  dukung  agar  ke  depan bangsa  Indonesia  benar-benar  dapat  memiliki kedaulatan  dan  daya  tahan  ideologi  nasional yang  kokoh  dari  ancaman  ideologi  transnasional seperti  ideologi ekstrimisme  agama," ucap dia.

Kedua,  terkait  kinerja  lembaga-lembaga  negara. Selama  2018  masing-masing  pelaku  dalam  cabang kekuasaan  negara dinilai telah  berfungsi  sebagaimana perintah  konstitusi.  Presiden  dinilai  telah  bekerja  sebagaimana  perintah konstitusi  yaitu  memajukan  kesejahteraan  umum melalui  berbagai  program  pembangunan  di berbagai  penjuru  negeri.

Sementara  lembaga legislatif  telah  menjadi  partner/mitra    kerja yang  kritis  dan  konstruktif  bagi  Presiden  dalam memenuhi janji  politiknya  kepada  rakyat  Indonesia. Adapun  pelaku  kekuasaan  kehakiman  yaitu  badan peradilan  terus  berusaha  menegakkan  hukum  dan keadilan  termasuk  penegakan  hukum  terhadap segala  penyelewenangan  keuangan  negara  yang dilakukan  oleh  para  penyelenggara  negara dan mantan  penyelenggara  negara  serta  pihak-pihak lainnya.

Ketiga,  dalam  bidang  Pertahanan  dan  Keamanan. Sinergisitas  baik  antara  TNI-Polri  dan  lembaga terkait  telah  membuat  stabilitas  keamanan nasional  begitu  terjaga  sepanjang  2018. Sepanjang  tahun  2018  setidaknya  ada  2  (dua) isu  besar  yang  menyangkut  keamanan  nasional, yaitu kasus  Terorisme  dan  Separatisme.

Khusus terorisme, pasca  terjadinya  serangan teroris di  beberapa  daerah  maka  Presiden  dan  DPR telah  berhasil  mencapai  kesepakatan  untuk memperkuat  perangkat  hukum yang  ada lewat revisi UU Pemberantasan  Tindak  Pidana  Terorisme, utamanya memperkuat  aspek pencegahan  oleh aparat  keamanan  dan  penegak  hukum sehingga dapat  efektif  menanggulangi  ancaman  terorisme dan  separatisme.

Keempat,  dalam  bidang  Politik  Dalam  Negeri. Menurut dia, penyelenggaraan  Pilkada  serentak tahun 2018 telah berlangsung  aman  dan  damai serta  telah menghasilkan  sejumlah  kepala  dan  wakil  kepala daerah  yang  dipilih  secara  demokratis.  Hal  ini menunjukkan  makin  matangnya masyarakat dalam  berdemokrasi. 

"Namun  demikian  di  beberapa tempat,  potret  politik  Indonesia  masih  belum menunjukkan  wajah  perkembangan  demokrasi yang  substansial  karena  agenda  konstestasi Pilkada  dan  kampanye  pemilu  masih  dijejali  dengan narasi-narasi  negatif,  khususnya  isu  politik  identitas yang  menggunakan  Perbedaan  Suku,  Agama,  Ras dan  Antar  Golongan  (SARA)  sebagai  alat  untuk merebut  kemenangan  dalam pilkada," ucapnya.

Kelima,  untuk bidang  hubungan  luar  negeri. Berbagai  kemajuan  diplomasi  hubungan  luar negeri  Indonesia  di  tahun  2018  ini  banyak hal yang  menggembirakan.  Sebut  saja  konsistensi memperjuangan  kemerdekaan  Palestina  dengan cara  menolak  pengakuan  Yerusalem  sebagai ibukota negara Israel,  aktif    menyelesaikan  konflik Rohingnya  di  Myanmar  hingga  penyelenggaraan Annual  Meeting  IMF  –  World  Bank 2018  yang mengundang  investor  dari  berbagai  negara  dan Indonesia  mendapat  investasi  sebesar  Rp 202  triliun.

Diplomasi  Pemerintah  juga  semakin  meningkat pada  berbagai  forum-forum  internasional.  Terbukti pada  tahun  ini,  Indonesia  berhasil  menjadi  Anggota Tidak  Tetap  Dewan  Keamanan  PBB  untuk periode 2019  – 2020. Di ujung  tahun  2018  ini  juga  ditandai dengan  keberhasilan  Pemerintah  Indonesia  merevisi Kontrak  Karya  PT.  Freeport  dengan  mengambil  alih 51% saham perusahaan  Amerika Serikat itu setelah  sejak  tahun  1967  kekayaan  tambang  emas, tembaga dan  sumber energi serta  mineral  lainnya di  tanah  Papua  itu  dikuasai  asing.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler