Petugas Takjil, Menunda Berbuka Demi Jamaah

Rep: Mg14/ Red: A.Syalaby Ichsan

Selasa 16 Jul 2013 09:56 WIB

 Petugas tengah menyiapkan takjil berbuka puasa di dapur Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (10/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang) Petugas tengah menyiapkan takjil berbuka puasa di dapur Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (10/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama bulan Ramadhan, Masjid Istiqlal menyediakan makanan takjil untuk 3.000 jemaah yang datang. Tidak mudah untuk mengatur manusia sebanyak itu.

Oleh karena itu, hadirlah orang-orang yang mengenakan topi koboi berwarna hijau. Pakaian berlengan panjang berwarna merah berkombinasi kuning.

Begitu juga dengan celananya yang berwarna merah diberi garis pinggir berwarna kuning. Selempang yang bertuliskan "Petugas Takjil Masjid Istiqlal" menegaskan bahwa mereka siap melayani jemaah. 

Salah satunya adalah Fitriyadi, pria yang berasal Bogor ini sudah mengabdikan dirinya selama 4 tahun di Masjid Istiqlal. Saat-saat Ramadhan seperti ini, ia bertugas sebagai Petugas Takjil.

Setiap sore menjelang magrib, ia bersiap-siap untuk melayani jemaah. Jemaah yang tidak sempat pulang untuk berbuka puasa di rumah. Jemaah yang menginap sebulan penuh di masjid terbesar se-Asia Tenggara ini untuk Iktikaf. 

Setiap harinya, Fitriyadi bersama rekan-rekannya mulai bekerja sebagai petugas takjil Pukul 16.00 WIB. Hal ini terlihat di koridor lantai dasar Masjid Istiqlal. Karpet yang panjang digelar untuk alas duduk para jemaah yang datang.

Gelas-gelas kaca untuk air the atau susu dikeluarkan. Kedua minuman tersebut disediakan oleh BPPMI (Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal) untuk jemaah berbuka puasa. Troli-troli besar berisi kotak makanan yang banyak dimasukkan ke dalam ruangan tersebut. 

Pukul 17.00 WIB, para jemaah dari lantai utama masjid mulai turun untuk berkumpul di koridor lantai bawah. Selanjutnya adalah tugas Dede. Pria asal Sukabumi ini bertugas mengatur tata duduk para jemaah agar rapi dan mudah saat pembagian takjil. Saat-saat inilah yang menjadi ujian untuk para petugas.

"Dukanya ya ada jemaah yang susah diatur kemudian anak-anak kecil yang suka becanda, berlarian sampe nendang gelas. Kita harus nahan emosi" ungkap Dede saat ditemui RoL, di Jakarta, Senin (15/7).

Setelah para jemaah sudah dapat terorganisir dengan baik. Dede bersama rekan-rekannya membagikan kotak berisi makanan, gelas yang dituangkan air teh atau susu, dan kurma. 

Jemaah pun sudah siap membatalkan puasanya. Giliran para Petugas Takjil ini beristirahat dan ikut bersiap-bersiap menyambut azan magrib. Mereka pun sama butuh membatalkan puasa. 

Dede, Fitriyadi, dan kawan-kawan lainnya dapat membatalkan puasa bersama jemaah lainnya. Menunya sama seperti jemaah lainnya,  teh atau susu. Membuka santapan dengan memakan kurma dan memakan makanan dalam kotak. 

Setelah jemaah selesai menyantap makanannya bukan berarti tugas Dede dan kawan-kawan sudah selesai. Mereka masih harus merapikan dan membersihkan ruangan koridor tersebut.

Mereka harus menyapu, menggulung tikar, membersihkan lantai, dan memastikan ruangan tersebut sudah kembali seperti sebelumnya. 

Pekerjaan yang cukup meletihkan seperti ini, tidak membut mereka lupa beribadah. "Alhamdulillah kalau Tarawih keburu" ungkap Dede. 

Dede pun bercerita bahwa jemaah kerap kali sulit diatur. Mereka sudah menyediakan tempat makan di koridor tersebut tetapi masih saja ada jemaah yang membawa makanannya ke lantai utama shalat. Selain itu, jemaah juga kerap kali membuang sampah sembarangan padahal tempat sampah sudah disediakan. 

Tak hanya ketika berbuka, para petugas ini harus bersiap saat acara sahur bersama. Masjid Istiqlal menyediakan makanan Sahur pada hari H-10 Idul Fitri. Hal ini dilakukan untuk melayani jemaah yang melakukan Iktikaf. 

Selama H-10 itulah jam kerja para Petugas Ta'jil akan bertambah. "Malam istirahat, jam 3 kita bangun. Seperti Takjil, Sahur ya kita menyiapkan nasi dan air minum. Selesainya subuh, kadang kita sempet Shalat Subuh berjemaah" ungkap Dede. 

Terpopuler