REPUBLIKA.CO.ID, CITAYAM -- Siang itu, sebuah pemantau berkaki tiga berdiri di satu sisi rel kereta api di dekat stasiun Citayam, Bogor. Hati-hati benar, seorang pria tampak memperhatikan objek didepannya.
Sebagai konsultan desain, Rudi harus mengukur jarak rel kereta api dari satu titik ke titik yang lain, baik horizontal maupun vertikalnya. Sebelumnya, Rudi telah menentukan titik-titik yang akan diukur.
Rudi akan mendapatkan hasil akhir berupa sebuah gambar yang menunjukan berapa meter jarak di rel, terdapat apa saja isi di dalam rel tersebut dan jarak keberadaan rel ini di atas permukaan laut.
Sudah hampir 6 bulan Rudi menjalankan profesi ini. Pekerjaannya di mulai pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Namun, ada perubahan jam khusus di bulan Ramadhan ini.
Jika sehari-hari Rudi bekerja 8 jam, pada Ramadhan ini, Rudi hanya bekerja selama 6 jam, yaitu dari mulai pukul 9 pagi hingga 3 sore. Ia mengaku sangat senang dengan adanya perubahan jam ini. Dengan berkurangnya jam bekerja, ia mendapatkan lebih banyak istirahat.
“Kalau di bulan biasa itu, jam kerja saya 8 jam dari jam 8 sampai jam 4, tapi kalau di bulan Ramadhan ini jam kerja saya berubah jadi Cuma 6 jam, dari jam 9 sampe jam 3”, ujarnya saat di temui RoL, Citayam, Senin (15/7).
Pekerjaanya mengukur panjang rel dari Jakarta hingga Bogor. Dia mengerjakannya dengan beberapa tim yang di bagi-bagi di beberapa titik. Biasanya, dari titik satu ke titik lainnya hanya berjarak sekitar 500 meter, tetapi juga ada yang titiknya lebih dari 1 km.
Untuk berangkat ke lapangan, ia biasa menggunakan kereta api dari tempat kos di Depok. Warga asal Bekasi ini bercerita, sangat bahagia dapat bekerja menjadi konsultan desain. Selain penghasilannya yang membaik, Rudi dapat belajar banyak hal.
Di bulan Ramadhan ini, dia mengaku tidak adanya halangan dalam menjalankan ibadah puasa. Dia mengaku lancar-lancar saja dalam menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.
Walaupun merasa tugas di lapangan selama puasa sangat berat, tidak membuat Rudi membatalkan puasanya. Dia terus bertahan di bawah guyuran sinar matahari.
Rudi juga bercerita bahwa peruhasaannya cukup menghargai para umat Islam. Salah satunya adalah pada saat awal ramadhan, seluruh karyawan di liburkan selama satu minggu.
Tidak hanya itu, satu minggu sebelum dan setelah hari raya Idul Fitri, seluruh karyawannya mendapatkan libur kembali. Total, ia mendapatkan 3 minggu libur dengan adanya bulan Ramadhan.
Rudi mengaku, kebijakan ini merupakan sebuah anugerah baginya dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dengan keberkahan ini, ia menjadi lebih semangat lagi dalam bekerja.
Tidak larut dalam kesenangan, ia juga berharap agar terus mendapatkan proyek. Karena pekerjaannya tergantung dari ada atau tidak adanya proyek. Jika tidak ada proyek dari perusahaannya, maka ia pun akan “di rumahkan” oleh perusahaannya.
“Semoga saja proyek seperti ini ada terus, karena kalau ada proyek kita kerja, tidak ada proyek kita di rumah”, tutupnya.