Ramadhan di Tanah Suci

Rep: erik purnama putra/ Red: Damanhuri Zuhri

Rabu 17 Jul 2013 17:32 WIB

 Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10).  (Hassan Ammar/AP) Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10). (Hassan Ammar/AP)

REPUBLIKA.CO.ID,

Ada yang memilih umrah cara backpacker.

JAKARTA  -- Ramadhan memikat banyak jamaah untuk memutuskan berumrah ke Tanah Suci. Staf Divisi PT Az-Zahra Tour and Travel, Arum mengatakan antusiasmenya tinggi.

‘’Mereka yang berhasrat berumrah saat Ramadhan karena ingin merasakan puasa, shalat,  dan iktikaf di Tanah Suci,’’ katanya di arena Republika Ramadhan Fair (RRF).

Arum menambahkan, semangat ini tak terpengaruh biaya pemberangkatan yang cukup tinggi. Menurut dia, umrah Ramadhan selama sembilan hari harganya dipatok Rp 15 juta.

Sedangkan paket umrah biasa sebesar Rp 17,5 juta selama 15 hari berada di Tanah Suci. Penetapan biaya ini dengan pertimbangan karena  Kedutaan Arab Saudi di Jakarta membatasi waktu berkunjung dari satu bulan jadi 15 hari.

Ini berhubungan dengan pengurusan visa bagi jamaah umrah. Peminat, ungkap Arum, bisa lebih tinggi jika pembatasan hari dalam pengurusan visa tidak diberlakukan.

Ada sekitar 130 jamaah lebih dari biro perjalanan ini yang diberangkatan dalam tiga gelombang selama Ramadhan. Selama pameran di RRF, mereka memberikan potongan uang muka.

Biasanya, uang muka yang mesti diserahkan 50 persen dari total biaya tetapi selama pameran calon jamaah cukup membayar 35 persen saja.

PT Makara Wisata yang selama ini menawarkan paket murah dengan program backpacker juga mendulang banyak jamaah. ‘’Sekarang di kantor saya sendiri karena pegawai lainnya di Tanah Suci mengantar jamaah umrah backpacker,’’ kata pengurus PT Makara Wisata, Muhammad Fitrullah, Selasa (16/7).

Banyaknya peminat umrah backpacker selama Ramadhan dapat dimaklumi. Menurut Fitrullah, rata-rata mereka rindu ingin menghabiskan bulan suci ini di Baitullah.

Dengan harapan, mereka bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya.  Di Makkah dan Madinah, mereka mendambakan kekhusyukan dalam beriktikaf, bisa meraih Lailatul Qadar dan berada di tempat dikabulkannya doa.

“Jamaah ingin doanya dikabulkan, makanya hingga akhir Ramadhan berada di sana. Baru, pulang ke Indonesia seusai Lebaran,” ujar Fitrullah.

Ia menambahkan, beda umrah backpacker dengan reguler adalah dari segi harga. Tahun ini, umrah versi hemat hanya dikenakan biaya Rp 12 juta atau sekitar Rp 5 juta di bawah tarif normal.

Hanya saja, karena lebih murah, konsekuensinya beberapa fasilitas dikurangi. Untuk menyiasati itu, tutur Fitrullah, jamaah yang berangkat diutamakan berusia di bawah 40 tahun.

Sebab, umrah jenis ini membutuhkan fisik sempurna. Keunggulan umrah backpacker, jamaah bisa lebih fleksibel dalam menunaikan aktivitasnya di Tanah Suci.

Misalnya, mereka tidak harus ke penginapan atau pemondokan ketika  masuk jam makan. Alhasil, jamaah lebih leluasa dalam beribadah karena bisa membawa bekal sendiri. “Jadinya, jamaah bisa sepuasnya beribadah,’’ kata Fitrullah.

Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (HIMPUH) Baluki Ahmad mengatakan meski antusiasme tinggi namun tahun ini jumlah jamaah yang berangkat tak sebanyak tahun lalu. Ini disebabkan oleh renovasi Masjidil Haram dan isu Coronavirus yang menjangkiti sejumlah penduduk di Arab Saudi.

‘’Tahun ini, dari awal hingga akhir kemungkinan hanya 5.000 jamaah umrah. Padahal sebenarnya bisa saja mencapai 25 ribu jamaah,’’ kata Baluki.

Terpopuler