REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Hatta Rajasa, mengatakan kebijakan pengurangan impor minyak merupakan solusi paling baik untuk mengatasi defisit transaksi berjalan secara cepat.
"Saat ini diperlukan solusi yang dapat dilakukan dalam waktu singkat untuk mengatasi 'current account deficit' (CAD). Pemerintah akan mengatasi hal itu dengan mengurangi impor, terutama impor bahan bakar minyak," kata Hatta pada konferensi pers penganugerahan gelar "Perekayasa Utama Kehormatan" di Gedung BPPT di Jakarta, Senin (26/8).
Menurut dia, pemerintah menilai pengurangan impor minyak sebagai cara tepat mengatasi defisit transaksi berjalan karena nilai impor perminyakan yang tinggi dianggap sebagai salah satu penyebab utama masalah ekonomi tersebut. "Bila dicermati, defisit transaksi berjalan yang terjadi itu sebagian besar disebabkan impor perminyakan, sedangkan untuk non-migas sebetulnya kita masih ada surplus," ujarnya.
Dia mengatakan penggunaan solar impor untuk BBM subsidi setiap tahun mencapai 17,5 juta kiloliter, dan solar impor untuk konsumsi mencapai 17,5 juta hingga 18 juta kiloliter. "Berarti, kalau ditotal itu ada sekitar 35 juta kiloliter solar yang diimpor. Itu kalau dikali harga solar per liter Rp9.700, sudah berapa. Maka solusi yang tepat untuk mengatasi "current account deficit" dalam waktu singkat adalah dengan mengurangi impor minyak," kata dia.
Selanjutnya, Hatta mengatakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar solar, pemerintah akan mewajibkan masyarakat untuk menggunakan "biofuel" (bahan bakar alami) yang bersumber dari minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). "Sekarang ini produksi CPO kita sedang meningkat, namun di sisi lain, harga CPO di pasar sedang turun. Oleh karena itu, kita harus melindungi para pengusaha dan petani kelapa sawit kita agar tetap mendapat pasar," tuturnya.
"Selain itu, harga biofuel yang bersumber dari CPO itu akan lebih murah daripada harga solar impor," lanjutnya. Dengan demikian, Hatta menilai pengurangan impor minyak dan pengalihan penggunaan solar ke biofuel sebagai solusi yang paling tepat untuk dilakukan karena dapat memberikan beberapa keuntungan. "Jadi, dengan melakukan itu kita mendapat dua keuntungan, yaitu pengurangan nilai impor sekaligus mengurangi atau menghemat konsumsi BBM," kata Menko Perekonomian itu.