REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Damaskus mengatakan, Jumat (30/8), laporan intelijen Amerika Serikat yang menyimpulkan bahwa rezim Suriah menggunakan senjata kimia dalam serangan yang menewaskan hampir 1.500 orang merupakan 'hasil karangan'.
"Apa yang digambarkan pemerintah AS sebagai bukti tak terbantahkan, tak lain merupakan cerita lama bahwa teroris-teroris telah bergerak selama lebih dari satu minggu, dengan kebohongan-kebohongan yang mereka utarakan dan cerita-cerita yang sepenuhnya merupakan karangan semata," demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan kantor Kementerian Luar Negeri Suriah dan dibacakan di televisi pemerintah.
Laporan intelijen AS yang dikeluarkan hari Jumat menyimpulkan bahwa pemerintahan Suriah telah melancarkan serangan senjata kimia di daerah pinggiran Damaskus pekan lalu hingga menewaskan 1.429 orang, termasuk setidaknya 426 anak-anak.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan laporan itu disusun melalui pengumpulan bukti dari ribuan sumber dan bahwa masyarakat intelijen sangat yakin bahwa pemerintah Suriah merupakan pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya serangan itu.
Namun, dalam pernyataannya yang dilansir AFP, Sabtu (31/8), kementerian luar negeri Suriah menepis kebenaran laporan tersebut dan menganggapnya sebagai dokumen yang dirancang secara buruk dan diinformasikan sebagian besar oleh media sosial.
"Kemenlu Suriah menyatakan terkejut bahwa sebuah negara adi daya bisa memperdaya opininya secara ceroboh, menyandarkan diri pada bukti-bukti yang sebenarnya tidak ada, dan bahwa Amerika Serikat bisa meletakkan kebijakan soal perang dan perdamaian di media sosial dan situs-situs," sebut pernyataan itu.