REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Suriah, Bashar Al Assad, Senin (2/9) waktu setempat mengatakan Prancis akan menghadapi reaksi negatif jika Paris dan sekutunya melancarkan campur tangan militer terhadap negerinya.
"Setiap orang yang memberi sumbangan keuangan dan balabantuan militer kepada pelaku teror adalah musuh rakyat Suriah. Prancis bukan musuh kami. Tapi jika kebijakan negara Prancis bermusuhan dengan rakyat Suriah, negara ini akan menjadi musuh mereka," kata Bashar dalam wawancara dengan harian Prancis Le Figaro.
"Akan ada reaksi, pantulan negatif tentu saja, terhadap kepentingan Prancis," kata Presiden Suriah itu.
Ia menambahkan serangan pimpinan Barat terhadap Damaskus akan meledakkan amunisi. Kondisi tersebut akan kehilangan kendali segera setelah meledak.
"Kekacauan dan ekstremisme akan berlangsung. Ada resiko perang regional," kata Bashar memperingatkan sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Selasa.
Menurut laporan media, satu laporan intelijen Prancis yang diajukan kepada anggota parlemen pada Senin memperlihatkan pasukan setia Bashar berada di belakang serangan kimia yang diduga dilancarkan di dekat Damaskus pada 21 Agustus.
Namun, Presiden Suriah membantah tuduhan tersebut. Ia menantang Amerika Serikat dan Prancis untuk tampil dengan satu bukti.