REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden sementara Mesir Adly Mansour, Selasa berikrar pemerintahnya akan tetap menggelar pemilu pada 2014 dan mencabut keadaan darurat pertengahan September.
Mansour, dalam wawancara pertamanya di televisi sejak militer menunjuknya menjadi presiden menggantikan presiden yang dikudeta Muhammad Mursi pada 3 Juli, menambahkan Mesir sedang menghadapi "terorisme" yang menghambat investasi dan sektor wisata.
"Kami akan memegang jadwal bagi semua tahapan," kata Mansour tentang pemilu yang menurut rencana akan diselenggarakan pertengahan tahun 2014 setelah satu referendum nasional.
Mansour telah membentuk satu komite konstititusi yang akan mengamendemen konstitusi yang tertunda akibat penggulingan Moursi sebelum diajukan untuk disetujui.
Menurut jadwalnya, pemilihan para anggota parlemen akan diselenggarakan awal tahun 2014 kemudian dilanjutkan dengan pemilihan presiden.
Mantan hakim penting itu mengatakan ia yakin keadaan darurat sebulan yang diumumkan 14 Agustus tidak akan diperpanjang jika keamanan membaik.
Ratusan orang tewas di seluruh negara itu pada hari ketika polisi menyerbu dua kamp protes para pendukung Mursi di Kairo.
Aksi kekerasan itu mereda dalam beberapa hari belakangan ini di sebagian besar negara itu sementara di semenanjung Sinai tentara memerangi kelompok garis yang melancarkan serangan.
"Jika situasi terus membaik, saya kira keadaan darurat tidak perlu diperpanjang," kata Mansour dalam wawancara dengan televisi pemerintah itu.