REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Iran, Hassan Rohani, mengatakan pada Kamis (19/9) bahwa negaranya siap memfasilitasi dialog antara pemerintah Suriah dan kelompok oposisi.
"Kami harus turut ambil bagian dalam dialog nasional antar kelompok, baik itu di Suriah ataupun di Bahrain. Kita harus mampu menciptakan situasi di mana masyarakat Timur Tengah dapat memutuskan nasibnya sendiri," kata Rohani dalam opininya di surat kabar Washington Post yang dilansir Jumat (20/9).
Rohani mengatakan bahwa dalam soal politik luar negeri, Iran akan menerapkan prinsip keterlibatan yang konstruktif. Tawaran presiden Iran tersebut diperkirakan akan menarik perhatian Washington. Presiden barack Obama dan pemerintahnya seringkali menuduh tehran membantu rezim Suriah dalam perang saudara di negara tersebut dengan mengirimkan senjata, pasukan, dan uang.
Di sisi lain, Rohani mengingatkan bahwa, "Diplomasi dengan pendekatan konstruktif tidak berarti menghilangkan hak salah satu pihak. Hal itu berarti terlibat dengan persoalan yang dialami negara lain, dalam prinsip kesetaraan dan saling menghormati, untuk mencari persoalan yang dialami bersama dan mencapai tujuan bersama," tulis dia.
Menurutnya, mentalitas Perang Dingin hanya akan menyebabkan semua orang kalah. Dia menambahkan bahwa sejarah menunjukkan, "Unilateralisme seringkali menghalangi pendekatan yang konstruktif. Pendekatan unilateral, yang mengutamakan penggunaan kekuatan militer yang brutal, jelas tidak dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang kita hadapi, seperti terorisme dan ekstrimisme."
Dia mengungkapkan, pendekatannya dalam politik luar negeri bertujuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut dengan mencari akar masalah. Dia harus bekerja bersama untuk mengakhiri rivalitas tidak sehat dan intervensi-intervensi yang justru menyebabkan kekerasan dan memecah belah.
Presiden Iran juga kembali menegaskan bahwa program nuklir damai di negaranya sangat penting, selain bertujuan untuk mendiversifikasi energi, program tersebut juga menunjukkan "siapa Iran sebagai negara."