REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange ditutup di bawah 1.300 dolar AS per ounce pada Jumat (11/10) atau Sabtu (12/10) waktu Indonesia. Hal ini karena kemungkinan sebuah terobosan dalam kebuntuan Washington menekan aset-aset "safe haven".
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 28,7 dolar AS, atau 2,21 persen, menjadi menetap di 1.268,2 dolar AS per ounce, tingkat terendah dalam tiga bulan, menurut statistik FactSet. Sementara selama sepekan, kontrak emas untuk penyerahan Desember membukukan kerugian mingguan sebesar 3,2 persen.
Analis pasar mengatakan, seperti dilansir dari Xinhua, Sabtu, optimisme bahwa anggota parlemen AS bergerak ke arah mengakhiri kebuntuan anggaran dan menaikkan batas utang negara adalah alasan di balik penurunan harga emas berjangka baru-baru ini.
Emas tertanam kuat di pasar "bearish" (lesu), dan spekulasi tentang partai politik mencapai kesepakatan membuatnya lebih sulit bagi emas, Adam Klopfenstein, ahli strategi pasar senior di Archer Financial Services Inc, mengatakan seperti dikutip oleh Bloomberg.
Meskipun Presiden Barrack Obama dan DPR AS belum mencapai kesepakatan tentang perpanjangan batas utang selama enam minggu, para analis percaya pagu utang baru pasti akan dicapai pada paruh kedua November. Perak untuk pengiriman Desember turun 63,7 sen, atau 2,91 persen, menjadi ditutup pada 21,259 dolar AS per ounce.