REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE--Muslim Malawi tak bisa menikmati perayaan Idul Adha bersama keluarga dan sanak saudara. Ini karena, Idul Adha belum diakui sebagai hari libur resmi sehingga selepas shalat ied mereka lanjut bekerja.
"Kami telah melakukan lobi seperti yang kami lakukan ketika menjadikan Idul Fitri sebagai hari libur," ungkap Sheikh Mohammed Idrissa, Ketua Asosiasi Nasional Muslim Malawi ( MAM ) kepada OnIslam.net, Kamis (17/10).
"Sayangnya, kita kurang beruntung dalam perwakilan di Majelis Nasional. Kami hanya memiliki beberapa anggota legislatif Muslim," tambahnya.
Idul Fitri baru diakui pemerintah Malawi pada tahun 1999. Namun, Idul Adha belum diakui sebagai hari libur. Komunitas Muslim telah memperjuangkan itu, sayang keterwakilan Muslim hanya 20 orang dari 193 anggota Majelis Nasional. Ini yang membuat lobi Muslim menjadi kurang kuat.
"Anggota legislatif lainnya tidak memikirkan ini, sehingga masalah kami tidak diperhatikan dengan baik," kata dia.
Harapan Muslim agar Idul Adha menjadi hari libur nasional begitu tinggi. Namun, tak ada jalan lain kecuali mengesahkan itu melalui Majelis Nasional. Ini yang menjadi tantangan. Muslim Malawi belum menemukan formula tepat guna mewujudkan itu.
"Harapan kami cuma tahun depan, kami berharap memiliki wakil yang lebih banyak di parlemen," kata dia.
Idrissa mengakui kurangan keterwakilan ini dikarenakan Muslim Malawi menghindari partisipasi dalam politik. Awalnya, umat Islam tidak memandang penting. Melihat situasi yang berkembang saat ini, umat Islam kian sadar pentingnya partisipasi Muslim dalam dunia politik.
Mwalone Jangiya , seorang anggota legislatif dari kalangan Muslim menilai dengan jumlah anggota legislatif Muslim yang lebih sedikit mengakibatkan sulit bagi umat Islam berbicara banyak dalam pembahasan isu krusial.
"Lobi terhadap anggota legislatif dari kalangan non-Muslim tidaklah mudah," kata dia.
Imran Shareef, Cendikiawan Muslim Malawi, menilai tantangan yang dihadapi Muslim Malawi tidak hanya sebatas menjadikan Idul Adha sebagai hari libur saja. Tetapi banyak hal seperti misal kepentingan umat Islam di Malawi.
Tahun depan akan menjadi tahun tersibuk umat Islam. Masing-masing ormas telah menyatukan sikap untuk ambil bagian dalam politik. "Kita selalu kalah, karena kita kalah dalam jumlah. Lain cerita kalau kita meningkatkan jumlah," ungkap Sheikh Alhaj Jaffa Kawinga , Presiden Forum Muslim untuk Demokrasi dan Pembangunan ( MUSFORD ).