REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Klub-klub sepak bola Prancis akan melakukan pemogokan untuk pertama kalinya dalam 40 tahun pada bulan depan. Sebagai protes dari rencana pemerintah untuk menetapkan pajak pendapatan sebesar 75 persen.
Pemogokan pertama di kompetisi profesional Prancis sejak 1972 itu dijadwalkan akan dilangsungkan pada akhir pekan terakhir bulan November. Ini merupakan jawaban atas inisiatif kenaikan pajak yang diusulkan presiden sosialis Francois Hollande yang kontroversial.
"Kami terlibat dalam protes bersejarah dan memiliki determinasi nyata untuk menyelamatkan sepak bola dengan mengadakan akhir pekan tanpa pertandingan-pertandingan pada akhir November," kata Presiden persatuan klub-klub profesional Prancis (UCPF), Jean-Pierre Louvel, Kamis (24/10).
Klub-klub di divisi pertama dan kedua Prancis mengkonfirmasi sikap oposisi mereka terhadap proposal 75 persen pajak pada pendapatan tahunan yang lebih besar daripada satu juta euro dengan melakukan walk out antara 29 November dan 2 Desember.
Di bawah proposal itu, perusahaan-perusahaan dan bukan para pemain yang akan membayar tingkat pajak yang tinggi sebagai bagian dari gaji pemain-pemain mereka yang melebihi satu juta euro.
Louvel mengatakan klub-klub, dengan mencemaskan kemampuan mereka untuk menarik pemain-pemain bergaji besar dari luar negeri untuk bermain di Prancis yang akan mendapat hambatan, akan membuka pintu kepada para penggemar untuk menjelaskan kepada para pendukung mengapa mereka perlu mengambil tindakan drastis.
Namun, mengenai apakah mereka akan mendapat dukungan dari para penggemar masih merupakan hal yang dapat diperdebatkan, di mana persepsi publik kepada para pesepak bola saat ini nyaris berada di titik terendah.
Jajak pendapat terkini menyebutkan bahwa 82 persen dari mereka mempertanyakan citra buruk tim nasional, tiga tahun setelah Les Bleus terpuruk di Piala Dunia Afrika Selatan, yang dinodai dengan pemogokan para pemain melawan pelatih dan tersingkir sejak dini di kompetisi itu.