REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perunding senior Iran, Sabtu (23/11) waktu setempat, mengatakan Teheran ingin mendapatkan pengakuan yang tegas atas haknya untuk melakukan pengayaan. Iran ingin hak itu diakui dalam kesepakatan dengan negara-negara besar dunia di Jenewa.
"Kami berkeras menyangkut hak pengayaan yang harus secara tegas diakui dalam rancangan kesepakatan," kata Wakil Menteri Luar Negeri, Abbas Araqchi, ketika ia berbicara kepada para wartawan Sabtu malam pada hari keempat perundingan intensif.
Araqchi mengatakan perundingan membuat kemajuan namun perlahan. Perundingan saat ini sudah berjalan selama 11 jam dan sebagian besar perbedaan pendapat sudah diselesaikan.
"Sudah ada kemajuan sebear 98 persen dalam perundingan,'' kata Araqchi seperti dilaporkan kantor berita ISNA. ''Namun, sisanya yang dua persen itu merupakan masalah yang jauh lebih penting dibandingkan masalah-masalah lainnya.''
Pernyataan itu muncul pada Sabtu malam setelah para menteri luar negeri dari kelompok negara-negara yang dinamakan P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia ditambah Jerman) berkumpul di Jenewa dalam upaya mengurangi perbedaan-perbedaan.
Perundingan yang merupakan ketiga kalinya dilangsungkan dalam kurun waktu lima pekan itu ditujukan untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengekang atau menghentikan kegiatan-kegiatan nuklir Iran sebagai pengganti pengurangan sanksi-sanksi yang sudah merusak perekonomiannya.