PERTH -- Seperti halnya ilmuwan, tukang kebun dan mereka yang sekadar berkebun pun tampaknya ikut khawatir mengenai dampak perubahan iklim dan suhu ekstrim. Contohnya adalah Doug Rawlinson dari Australia, yang merancang ‘kebun perubahan iklim.’
Rawlinson tinggal di daerah Goulburn, yang terletak di negara bagian New South Wales. Daerah padang di New South Wales bisa saja dingin dan berangin, dan di musim panas bisa berlangsung hari-hari yang amat panas.
Rawlinson mengatakan sedang membuat kebun yang tahan cuaca ekstrim. “Ada sekitar 20 petak petak untuk menanam sayur yang ditinggikan, sebuah kebun buah dengan sekitar 25 pohon buah yang berbeda-beda, ruang hangat eksperimental dengan alpukat dan nanas, dan sekitar 30 tanaman rambat, termasuk blueberries dan boysenberries,” jelasnya.
Salah satu bagian terpenting dari kebunnya adalah penggunaan naungan.
"Di tengah seluruh petak kebun saya, ada tas-tas khusus tanaman dengan kapasitas 75 liter berisi pohon Weeping Cherry, dan itu akan menjadi penaung di musim panas, karena saya mendapati bahwa biasanya kebanyakan sayur saya mengering,” jelas Rawlinson.
Menurut Rawlinson, kebanyakan orang tidak memperhatikan aspek penaungan tanaman. “Saya perlakukan tanaman saya seperti manusia. Kita butuh naungan, air dan tempat tinggal, sama dengan tanaman," katanya.
Kebun Rawlinson berisi antara lain bayam, strawberry dan berbagai tanaman bumbu. Menurutnya, kebun perubahan iklim adalah bagian dari usahanya untuk menerapkan keberlanjutan.
“Usaha keberlanjutan saya adalah mampu memberikan [sayur dan buah] yang berlebih ke orang lain,” jelas Rawlinson. “Saya tak pernah menjual. Apa yang tak saya pakai akan saya awetkan. Sisanya saya kemas dan saya berikan ke teman-teman.”