Ahad 01 Dec 2013 14:45 WIB

Demonstrasi Anti-Pemerintah Thailand Rusuh

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Demonstran antipemerintah melambaikan bendera Thailand, menuntut PM Yingluck Shinawatra mundur dari jabatannya.
Foto: AP PHOTO
Demonstran antipemerintah melambaikan bendera Thailand, menuntut PM Yingluck Shinawatra mundur dari jabatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Unjuk rasa anti pemerintah Thailand berubah menjadi bentrokan. Kerusuhan melutus ketika terjadi bentrok grup pro dan anti Perdana Menteri Yingluck Shinawatra di stadion Universitas Ramkhmhaeng University.

Selain aksi lempar batu, dalam kerusuhan itu juga terdengar bunyi tembakan. Kerusuhan, dikutip dari CNN pun menyebabkan dua orang tewas dan 45 lainnya luka-luka. Bentrok yang terjadi Sabtu (30/11) malam tersebut adalah yang pertama dalam sepekan demonstrasi menuntut mundurnya Yingluck.

Petugas dari Pusat Gawat Darurat Kota Erawan, Pornthep Saeheng, menyatakan korban meningkat dari laporan Sabtu (30/11) malam. Kedua korban tewas tertembak termasuk satu mahasiswa di dalam kampus Ramkhmhaeng.

Kejadian ini, dikutip dari Reuters, menurut polisi dan saksi mata, awalnya kelompok anti pemerintah menyerang bus yang diduga berisi grup pro yang disebut kaus merah. Mereka juga menyerang pengendara motor dan taksi dimana penumpangnya menggunakan kaus merah.

Ketika malam tiba kerusuhan pun terjadi di sekitar area kampus Ramkhaeng. Sebanyak 70 ribu orang pro pemerintah berkumpul di lokasi tersebut. Sementara itu di luar kampus grup anti pemerintah berusaha menghadang warga yang ingin masuk kampus. Hingga kemudian terdengar letusan peluru.

Wakil Ketua Badan Mahasiswa Ramkamhaeng, Attiwat Nakpao mengatakan tak mengetahu pelaku berasal dari kelompok mana. Akan tetapi, menurut dia, mahasiswa berada di dalam kampus ketika peristiwa itu terjadi. Bahkan beberapa mahasiswa ikut menjadi korban kerusuhan.

Berdasarkan laporan petugas dari Ramhkamhaeng dan Rumah Sakit Dr Panya, lima orang terluka akibat tembakan. Selain itu lima lainnya juga terkena luka tusukan yang berasal dari pisau atau batu.

Di saat yang sama, dikutip dari CNN, Letjen Paradon Pattanathabut mengatakan militer mengerahkan 2 ribu pasukan untuk menjaga gedung pemerintah. Mereka menjaga gedung karena sebelumnya demonstran anti pemerintah sempat menduduki dan merusak fasilitas aset negara itu. Bahkan Jumat (29/11) kemarin ratusan orang menyerang Markas Besar Tentara Thailand. Mereka meminta militer mendukung gerakan anti pemerintah.

Demonstran khususnya pemimpin gerakan Suthep Thaugsuban, menuduh Yingluck hanya menjadi boneka dari kakaknya, mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Akan tetapi, ia menolak tuduhan tersebut.

Yingluck mengatakan, Jumat (29/11), pemerintah sudah membuka ruang untuk dialog. Pemerintah, ungkap dia juga siap mendengar permintaan dari seluruh elemen masyarakat. Termasuk, tambah dia, mereka yang menduduki gedung-gedung pemerintah.

Menurut juru Bicara Partai Pheu Thai, mesin politik Yingluck, Prompong Nopparit, mengatakan Yingluck takkan mundur atau membubarkan parlemen. '' Dia akan tetap memegang kekuasaan, '' ujar Prompong, dikutip dari CNN, Ahad (1/12).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement