REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Ekonomi Nasional (KEN) memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) pada level 7,5 persen hingga akhir 2014. "Bila kita lihat, kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI akhir-akhir ini, tampaknya BI rate tidak akan diturunkan hingga akhir 2014," kata Ketua KEN Chairul Tanjung dalam sebuah seminar di Jakarta, Selasa (3/12).
Chairul menuturkan, saat ini BI lebih khawatir terhadap defisit transaksi berjalan, bukan terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun terhadap angka pengangguran. "Pandangan bahwa satu-satunya cara untuk menjaga stabilitas ekonomi adalah menurunkan defisit transaksi berjalan tampak sudah mengakar dalam di kepala para pimpinan otoritas moneter kita," ujarnya.
Di 2014, lanjutnya, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan 2013. Menurutnya, bila BI konsisten menjalankan rangka kebijakan inflation targetting seharusnya ada ruang untuk menurunkan suku bunga hingga enam persen bila inflasi turun ke kisaran lima persen.
Chairul mengatakan, data historis menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia amat dipengaruhi oleh suku bunga. Suku bunga yang tinggi cenderung akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, sedangkan suku bunga yang relatif rendah akan memberi ruang bagi ekonomi untuk tumbuh lebih cepat. "Biasanya ekonomi kita cenderung bisa tumbuh dengan relatif cepat ketika suku bunga acuan berada lebih rendah dari 6,5 persen," ujarnya.
Ia menilai, BI rate 7,5 persen bukanlah level yang membahayakan ekonomi Indonesia, dalam pengertian ekonomi tidak akan jatuh ke masa resesi dengan bunga pada tingkat tersebut. Akan tetapi, daya dorong dari sisi moneter menjadi tidak cukup kuat untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari saat ini. "Artinya, di tahun 2014 sulit bagi ekonomi kita untuk tumbuh dengan laju yang lebih cepat dari yang terjadi di tahun 2013," tambahnya.