REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Caracas dan sejumlah kota besar di Venezuela dilanda kegelapan akibat listrik padam, bertepatan saat presiden menyampaikan pidato melalui televisi dan radio serta lima hari menjelang pemilihan umum.
Presiden Nicolas Maduro yang terpilih April lalu setelah kematian Hugo Chavez, kemudian menyalahkan listrik padam itu sebagai ulah "fasis kanan".
Ia menyebutnya "sabotase nyata terhadap jaringan listrik."
Maduro, mantan pemimpin serikat pekerja dan sopir bus, berjuang keras untuk mencapai posisi yang mantap mengikuti jejak mentor politiknya, Chavez yang meninggal akibat kanker pada Maret.
Pada 8 Desember akan dilakukan pemilu Ibukota yang dianggap sebagai ujian terhadap popularitas Maduro dan penampilannya sejak memegang tampuk kekuasaan.
"Tidak ada alasan untuk pemadaman listrik hari ini," katanya dari istana kepresidenan.
"Semua warga Venezuala dikejutkan."
Menteri Kelistrikan Jesse Chacon mengatakan pemutusan arus listrik menimpa Ibukota Caracas, dan kawasan di Venezuela tengah serta barat.
Ia mengatakan peristiwa ini mirip kejadian terputusnya listrik pada bulan September yang membuat 70 persen pasokan listrik terhenti sekitar tiga jam.
Maduro dari pihak kiri menuding kejadian ini disebabkan oleh lawan politiknya.
Chacon mengatakan pemeriksaan sedang dilakukan.
Pada 2010 Chavez menerapkan penghematan listrik secara ketat karena masalah yang dihadapi oleh pembangkit listrik tenaga air dan juga untuk menghemat energi.
Pada April, Maduro mengumumkan keadaan darurat listrik yang lain dan memperpanjangnya pada Agustus untuk tiga bulan lagi.