REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Departmen Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Edy Setiadi menilai rasio pembiayaan terhadap simpanan (finance to deposit ratio atau FDR) perbankan syariah sebesar 103 persen per Oktober 2013 masih relatif aman.
"Kami menilai FDR 103 persen masih dalam level aman," ujar Edy saat jumpa pers di Jakarta, Senin (16/12).
Edy menuturkan bahwa FDR 103 persen tersebut merupakan sumbangan dari bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS). "Rata-rata FDR bank-bank syariah di level 100 persen, hanya satu dua bank yang di atas 100," ujarnya.
Edy menjelaskan, kendati belum ada ketentuan mengenai FDR minimum dan maksimum seperti di perbankan konvensional yakni 78-92 persen, pihaknya akan memelihara FDR perbankan syariah di level 100 persen. Menurutnya, upaya tersebut juga ditujukan agar perbankan syariah tidak kaget apabila nanti di kemudian hari diberlakukan aturan FDR.
"FDR 103 persen itu juga karena sudah kita rem sehingga total aset terkoreksi. Kalau kita loss, bisa lebih tinggi (FDR-nya)," kata Edy.
Ke depan, lanjut Edy, pihaknya akan lebih membatasi pembiayaan ke sektor-sektor yang berorientasi impor, sedangkan sektor-sektor yang berorientasi ekspor tidak akan dibatasi. "Sektor-sektor seperti UMKM yang berorientasi ekspor dan menggunakan sumber produksi dari domestik tidak akan kami batasi," ujarnya.