REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Morgan Stanley memasukkan Indonesia ke dalam lima negara yang ekonominya rentan (Five Fragile). Indonesia bersama India, Turki, Afrika Selatan, dan Brasil dinilai menghadapi persoalan serius pada defisit, tingginya inflasi, dan terus naiknya suku bunga bank.
Namun, Bank Indonesia (BI) menilai penggolongan itu tidak tepat mengingat persoalan yang dihadapi Indonesia berbeda. "Masalah India terkait dengan struktural, inflasi tinggi dan mereka gagal mengangkat harga BBM," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Budi Waluyo, Ahad (29/12).
Masalah India, misalnya, jelas Doddy, jauh lebih berat dari yang dihadapi Indonesia. Apalagi, India mengalami defisit transaksi berjalan hingga 6 persen, sementara Indonesia terus mengecil yang diharapkan pada akhir 2013 menyentuh 3,8 persen dari PDB.
Dari sisi inflasi, Doddy menuturkan ada tren penurunan di mana pada akhir tahun ini di bawah 8 persen. Sebaliknya, India masih berkutat pada tingginya inflasi yang belum bisa mereka redam.
Karena itu, Doddy menegaskan, Indonesia tak layak dikategorikan sebagai lima negara rentan akibat krisis keuangan di negara-negara maju. "Fundamental ekonomi kita masih bagus dan kuat, dan kita lihat trennya terus membaik," kata Doddy.