REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri, mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang masih dipertahankan pada angka 7,5 persen merupakan sinyal bahwa kebijakan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan, berlangsung efektif.
"Keputusan BI kemarin, mungkin memberikan sinyal bahwa isu neraca berjalan itu 'more or less' sudah bisa di-'address'," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/1).
Chatib menambahkan defisit transaksi berjalan yang makin mengecil dapat memberikan ketenangan bagi pelaku pasar dan diharapkan pada 2014 pengelolaan defisit makin konsisten serta efektif. "Kombinasi kebijakan dari pemerintah, saya rasa sudah cukup efektif, kita bisa berharap pada 2014 defisitnya bisa di bawah tiga persen, bahkan mungkin sekitar 2,5 persen," ujarnya.
Chatib menambahkan membaiknya angka defisit transaksi berjalan terlihat dari surplus neraca perdagangan pada Agustus, Oktober dan November 2013, karena kinerja ekspor nasional yang makin positif. "AS pertumbuhan ekonominya mulai membaik di 2014, ekspor bisa lebih tinggi. Saya juga percaya impornya akan turun dengan kebijakan yang sudah kita terbitkan seperti PPh pasal 22 dan KITE," katanya.
Untuk itu, Chatib mengharapkan proses stabilisasi dapat berjalan sesuai rencana dan fundamental ekonomi makin kuat dalam menghadapi tekanan eksternal agar fokus pertumbuhan tinggi dapat kembali diupayakan. "Kalau begitu, maka mungkin periode konsolidasinya hanya di 2013, dengan demikian nanti pemerintahan baru bisa datang dengan 'growth' yang lebih 'strong'," katanya.
Kementerian Keuangan mencatat defisit transaksi berjalan mulai menyempit menjadi 8,4 miliar dolar AS atau 3,6 persen terhadap PDB pada triwulan III, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10 miliar dolar AS atau 4,4 persen terhadap PDB.
Menurut proyeksi, defisit transaksi berjalan pada 2013 berada di kisaran 3,5 persen-3,7 persen terhadap PDB dan pada 2014 berada di kisaran 2,7 persen-3,2 persen terhadap PDB.