REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia mengganggu jalur distribusi. PT Pertamina menyiapkan langkah antisipasi agar distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan liquified petroleum gas (LPG) tidak terganggu.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Ali Mundakir mengatakan, cuaca yang tidak menentu, tidak hanya berdampak di darat karena curah hujan yang tinggi, tetapi juga berdampak pada transportasi laut akibat tingginya gelombang disertai angin. Situasi perairan yang membahayakan transportasi laut, membuat sejumlah otoritas pelabuhan dan Kantor Kesyahbandaran mengeluarkan larangan berlayar bagi setiap kapal di beberapa pelabuhan.
Hal tersebut akan berdampak pada pendistribusian BBM dan LPG di seluruh wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga cukup bergantung pada moda angkutan laut. ''Saat ini stok Premium cukup untuk 17 hari, solar 18 hari, dan LPG 15 hari. Stok BBM nasional aman,'' kata dia, Senin (20/1).
Meskipun demikian, Pertamina tetap berupaya mendistribusikan BBM ke berbagai wilayah di tanah air, dengan berbagai langkah antisipasi agar ketersediaan BBM di berabagai titik bisa dipenuhi. Beberapa langkah antisipasi telah dilakukan, seperti pengalihan jalur Kapal MT Martha yang seharusnya sandar di STS Tanjung Uban, diarahkan ke Medan, Sumatra Utara untuk selanjutnya muatan diangkut ke Tanjung Uban melalui darat.
Selain itu, pengalihan distribusi BBM dari beberapa terminal ke terminal alternatif, seperti dari Terminal BBM Kertapati dan Terminal BBM Lubuk Linggau untuk menyalurkan BBM ke Terminal BBM Jambi, alih suplai dari TBBM Kupang ke TBBM Atapupu melalui jalur darat.