REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 114,56 poin atau 2,58 persen ke level 4.322,78.
Pelaku pasar mengurangi investasi di aset berisiko. Ini menyusul tingginya risiko di pasar negara berkembang. "Hal ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina," kata Analis First Asia Capital, David Sutyanto, Senin (27/1).
IHSG cenderung dipengaruhi sentimen negatif bursa global dan kawasan. Pasar saham global pekan lalu bergerak di teritori negatif menyusul kekhawatiran meningkatnya risiko di pasar negara berkembang. Hal ini ditandai dengan pelemahan mata uang seperti Lira Turki dan Peso Argentina.
Indeks DJIA dan S&P di Wall Street akhir pekan lalu terkoreksi masing-masing 1,96 persen dan 2,09 persen, ditutup di 15879,11 dan 1790,29. Koreksi indeks DJIA tersebut merupakan penurunan harian terburuk sejak 20 Juni 2013.
Pelemahan IHSG memicu turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs tengah rupiah melemah menjadi Rp 12.198 pada Senin dari Rp 12.177 pada 24 Januari 2014.