REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Hubungan inter-Korea menunjukan perbaikan menyusul kesepakatan Korea Utara dan Selatan menggelar reuni keluarga 20 hingga 25 Februari mendatang.
Pyongyang berjanji tidak akan menghubungkan acara itu dengan latihan militer gabungan Korea Selatan-AS yang akan dimulai 24 Februari. Sebagai balasan, Seoul setuju untuk bersikap baik.
Korea Utara awalnya menginginkan penundaan latihan militer itu karea dikhawatirkan mengganggu pertemuan keluarga yang terpisah akibat Perang Korea itu.
Kedua pihak juga sepakat untuk mengadakan dialog lanjutan. Ini menjadi sinyal optimisme membaiknya hubungan inter-Korea.
Para pengamat mengatakan sikap kooperatif Korea Utara akan sulit bertahan jika rezim Kim Jong-un masih memegang kartu nuklir.
Analis Institut Persatuan Nasional Korea, Park Young-ho, kepada Korea Times, Ahad (16/2), mengatakan kerjasama yang coba dibangun Korea Utara merupakan upaya membenahi masalah internal negerinya, termasuk rumor ketidak-stabilan pemerintah pasca eksekusi orang nomor 2 di Korea Utara Jang Song-thaek dan reaksi para pengikutnya.
''Korea Utara nampaknya sadar kisruh dalam negerinya tengah menjadi sorotan internasional. Memperbaiki hubungan kedua Korea menjadi langkah penting memperbaiki hubungan dengan Cina dan Amerika Serikat (AS),'' tutur Park.
Dukungan dari luar termasuk Korea Selatan penting bagi pemimpin muda seperti Kim Jong-un untuk mendorong kebijakan ekonominya. Negara tertutup jelas berharap mendapat keuntungan ekonomi dari dialog semacam ini.
"Korea Utara mengharap pemasukan dari program wisata Gunung Geumgang pada dialog selanjutnya. Mereka juga berharap mendapat bantuan makanan dan pupuk dari Korea Selatan,'' kata Park.