Sabtu 22 Feb 2014 13:40 WIB

Pemicu Kasih Sayang Antarsesama (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Nashih Nashrullah

Salam adalah satu dari sekian nama Allah yang ‘diletakkan’ di bumi. Pantas bila menebarkan salam, seperti disebutkan Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim dari al-Barra' bin 'Azib, termasuk tujuh perkara yang diperintahkan Rasulullah.

Sering juga, Rasul meneladankan agar saling berkirim salam. Titip salam untuk mereka yang terhalang bertatap muka. Nabi pernah menyampaikan salam Malaikat Jibril untuk Aisyah RA. Istri berjuluk humaira itu pun menjawab salam tersebut.

Sebab itu pula, menjawab salam adalah hak yang mesti ditunaikan. Sebaik-baik manusia ialah mereka yang memulai mengucapkan salam. Ingin muncul rasa kasih sayang sesama Anda? “Tebarkanlah salam,” sabda Rasul di Riwayat Muslim dari Abu Hurairah.

Ketiga, saling berbagi hadiah, apa pun dan berapa pun nominalnya. Nilai rupiah sebuah pemberian tak begitu penting. Memberi hadiah adalah bentuk ketulusan, kepedulian, dan kasih sayang seseorang.

Faidahnya pun cukup besar. Memberikan dampak yang dahsyat bagi kualitas hubungan antarsesama. Apa dan berapa pun hadiah yang diberikan, terimalah dengan sukacita. “Berbagilah hadiah maka kalian akan saling mencintai,” sabda Rasul seperti Riwayat Bukhari.

Keempat, ringan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Ini termasuk faktor pemicu kasih sayang yang paling kuat. Kebencian dibalas kebaikan. Kejahatan direspons dengan kasih sayang. Membalas cacian, celaan, sumpah serapah dengan kata-kata santun. Sulit memang, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki derajat kesabaran tinggi dan berjiwa besar.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan, tetapi kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat [41]: 34-35).

Kelima, hindari untuk meminta-minta atau ‘menjilat’. Sikap zuhud, mandiri, dan berdikari, mengangkat derajat seseorang, mendatangkan kehormatan, dan memicu apresiasi. Ketahuilah, tutur Rasul dalam Hadis Riwayat Muslim, ada tiga calon penghuni surga, yaitu penguasa adil nan dermawan dan dipercaya, orang penuh kasih sayang dan lembut hati, dan mereka yang mandiri dan tidak meminta-minta.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement