REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat Rabu (26/2) mengutuk kekerasan di Thailand yang dipimpin oleh para pemrotes anti-pemerintah yang tidak mendukung amnesti bagi mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang dihukum atas tuduhan korupsi.
"Kami mengutuk, tentu saja, konfrontasi kekerasan yang terus berlanjut di Thailand, termasuk serangan-serangan yang tak dapat dimaafkan selama akhir pekan yang merenggut nyawa anak-anak yang tidak bersalah," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki dalam penjelasan pers.
Dia menekankan bahwa "kekerasan bukanlah cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan perbedaan politik."Psaki menegaskan dan mengimbau "kepada semua pihak untuk menahan diri dan mendesak pemerintah Thailand untuk menyelidiki secara menyeluruh dan transparan terhadap semua tindakan terbaru kekerasan itu."
Amerika tetap khawatir bahwa ketegangan politik di Thailand menciptakan tantangan terhadap lembaga-lembaga demokrasi dan proses persekutuan mereka sendiri. "Kami mengamati sangat ketat di lapangan. Kami menonton dari dekat dari sini," kata Psaki menegaskan.
Satu ledakan bom akhir pekan lalu menewaskan seorang wanita dan tiga anak-anak. Pihak berwenang belum mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab saat para demonstran pro- dan anti-pemerintah terus saling menuduh satu sama lain.