REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat tipis sebesar lima poin menjadi Rp 11.573. Sebelumnya rupiah berada di level Rp 11.578 per dolar AS.
"Aksi hindar aset risiko (risk aversion) menahan penguatan mata uang rupiah lebih tinggi terhadap dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (3/3).
Menurut dia, aksi hindar itu seiring merebaknya ekspektasi perlambatan ekonomi global menyusul rilis data manufaktur dari sejumlah negara di Asia seperti Cina, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan yang mengalami penyusutan.
Di sisi lain, lanjut dia, ketegangan politik di negara Ukraina dan Rusia menambah kekhawatiran investor sehingga melepas posisi di sejumlah aset beresiko untuk beralih ke aset yang dinilai lebih aman (safe haven).
Ia menambahkan terbatasnya penguatan rupiah juga dipicu dari aksi pelaku pasar uang di dalam negeri yang kini mulai berhati-hati terhadap aset berisiko.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan mata uang rupiah masih nyaman di jalur positifnya meski neraca perdagangan Januari mengalami defisit menyusul ekspor yang mengalami penurunan. "Laju nilai tukar rupiah masih bertahan di area positifnya meski terbatas," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini (3/3), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 11.596 dibanding sebelumnya (28/2) di posisi Rp 11.634 per dolar AS.