REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai peta jalan (roadmap) untuk industrialisasi rumput laut sangat diperlukan agar masyarakat rumput laut secara terstruktur dan optimal dapat menjadikan rumput laut sebagai sumber kemakmuran.
Ketua ARLI Safari Azis mengatakan, selama ini upaya untuk industrialisasi sifatnya masih sporadis dan belum terarah.
‘’Padahal, peta jalan itu sangat diperlukan agar semua pihak bisa mengetahui posisi dan aksi yang harus dijalankan,” kata Safari seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (5/3).
Pihaknya menyayangkan bahwa saat ini belum ada landasan kerja bersama diantara beberapa Kementerian yang terlibat. Menurut dia, masing-masing Kementerian seharusnya dapat duduk bersama dengan stakeholder untuk membuat kesepakatan mengembangkan Industrialisasi rumput laut sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 27/ 2012 tentang Industrialisasi Kelautan dan Perikanan.
Berkembangnya industri pangan, kosmetik hingga pupuk baik secara nasional maupun global harusnya dapat menguntungkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Selain belum adanya roadmap yang jelas, kata dia, industri dalam negeri masih menemui beberapa kendala, utamanya daya saing yang masih rendah jika dibandingkan dengan industri luar negeri.
“Industri lokal belum mampu menyerap rumput laut dalam jumlah yang besar dan cenderung belum bisa menyesuaikan dengan harga internasional. Yang terjadi selama ini memang harga rumput laut itu bergantung pada mekanisme pasar, disamping harus memenuhi keekonomian harga petani” ujarnya.
Safari menerangkan, kondisi sekarang ini penyerapan rumput laut oleh industri nasional baru mencapai sekitar 30 persen dari produktivitas. Sementara ekspor rumput laut yang belum diolah masih banyak dibutuhkan oleh pihak luar meski dengan harga pasaran internasional yang cukup tinggi.
Sampai Oktober 2013, dia menambahkan, ekspor bahan baku dan olahan rumput laut Indonesia mencapai 147.052 ton senilai 132,48 juta dolar AS.