Oleh: Teguh Setiawan
Kelompok pro-Turki cukup agresif mengembangkan diri. Mereka, menggunakan retorika sejarah, merasa lebih bisa diterima masyarakat Albania.
Seperti kelompok pro-Arab, Muslim Turki membangun sekolah-sekolah keagamaan dan sekuler, serta menggunakan kurikulum berstandar tinggi. Diyanet, Departemen Agama Turki, memiliki perwakilan di Albania dan aktif menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga keislaman di negeri itu.
Pirro Misha, intelektual sekuler yang memonitor perkembangan keagamaan di Albania mengatakan, kelompok pro-Turki tampaknya memenangkan pengaruh di Albania. Tahir Zenelhasani, dari Islamic Cultural Center di Tirana mengatakan, pendekatan kultural kelompok pro-Turki lebih bisa diterima masyarakat Albania.
Pertarungan kelompok hojas (ulama) pro-Turki dan hojas pro-Arab terjadi di hampir semua masjid di Tirana, dan kota-kota lain di Albania. Kelompok pro-Arab lebih agresif, dengan terus menyerang para imam masjid kelompok pro-Turki. Kelompok pro-Turki memilih pendekatan defensif.
Di AMC, kelompok pro-Turki berupaya menyingkirkan pengaruh Arab. Situasi ini direspons oleh kelompok pro-Arab dengan menarik orang-orangnya keluar dari AMC, dan mendirikan Liga Imam Albania.
Di Shkoder, muncul Forum Muslim Albania. Keduanya aktif melakukan dakwah di tengah masyarakat, dan memperkokoh posisi di tengah masyarakat dengan membangun masjid-masjid baru, madrasah, dan mengirim generasi muda Albania ke negara-negara Arab.
Negeri Albanianisme
Sejenak menoleh ke belakang, Albania adalah negeri yang diapit dua ‘negara agama’; Yunani di selatan, dan Italia di sebelah utara. Yunani mengidentifikasi diri sebagai pemeluk Orthodoks Timur. Italia adalah Katolik.
Sepanjang abad pertengahan, Albania adalah ladang pertempuran Orthodoks Timur dan Katolik. Jika Orthodoks Timur yang berkuasa, orang Albania ramai-ramai menjadi pemeluk agama itu. Ketika Orthodoks Timur terusir dan Katolik berkuasa, kaum feodal berbondong-bondong minta dibaptis menjadi Katolik.
Perpindahan dari Orthodoks Timur ke Katolik, dan sebaliknya, berlangsung sekian kali antara abad ke-11 sampai abad ke-14. Setelah Turki masuk, Orthodoks Timur dan Katolik menjadikan Islam sebagai musuh bersama.
Memasuki abad ke-20, Kekaisaran Ottoman mengalami kemunduran. Perang Balkan 1912-1913 memaksa Ottoman mundur dari semua wilayah jajahannya di Eropa, kecuali Thracia Barat di Yunani. Albania tertinggal sendirian, dan menjadi negara Islam di pinggir peradaban Eropa.